RESUME 3
MATA KULIAH
Oleh
Rio Arjulis
1204696
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI
PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
a.
Prinsip
Siswa Aktif
Mengajar adalah
membimbing kegiatan belajr siswa sehiga ia mau belajar. “teaching is the guidance of
learning activity, teching is purpose of aiding the pupil learn” (Burton).
dengan demikian aktivitas murid sangat diperlukan dalam belajar mengajar
sehingga siswalah yang banyak aktif, sebab siswa sebagai subjek didik adalah
merencanakan, dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.
Pada kenyataan di
sekolah-sekolah sering kali guru yang aktif
sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif. Begitu pentingnya aktivitas belajar siswa, dalam
proses belajar mengajar. Jhon Deway sebagai tokoh pendidikan mengemukakan
pentingnya prinsip ini melalui metode proyeknya dengan semboyan “ learning by
doing”.
Aktivitas belajar
belajar siswa yang dimaksud adalah aktivitas jasmani maupun aktivitas mental.
1)
Aktivitas belajar siswa dapat di golongkan ke
dalam beberapa hal.Aktivitas visual sepeti membaca, menulis, melakukan
eksperimen dan demonstrasi.
2)
Aktivitas lisan, seperti bercerita, membaca
sajak, Tanya jawab, diskusi, menyanyi.
3)
Aktivitas mendengarkan, seperti mendengarkan
penjelasan guru, ceramah, dan pengarahan.
4)
Aktivitas gerak, seperti senam, atletik, menari,
melukis.
5)
Aktivitas menulis, seperti mengarang, membuat
makalah, membuat surat.
Setiap jenis aktivitas tersebut memiliki kadar atau
bobot yang berbeda bergantung pada segi mana yang akan di capai.
b.
Prinsip Motivasi
Tujuan untuk belajar diperlukan untuk suatu proses belajar yang terarah.
Motivasi adalah suatu kondisi dari siswa yang memprakarsai kegiatan, mengatur
arah kegiatan itu, dan memelihara kesungguhan. Secara alami siswa selalu ingin
tahu dan melakukan kegiatan penjajakan dalam lingkungan.
Berkenaan dengan
motivasi ini ada prinsip yang seyogyanya kita perhatikan:
1)
Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan
untuk memenuhi kebutuhan biologis, social dan emosional tetapi disamping itu ia
dapat diberi dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang ia miliki
saat itu.
2)
Pengetahuan tentang kemajuan yang di capai dalam
memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha.
3)
Dorongan yang mengatur prilaku tidak selalu
jelas bagi siswa, contohnya seorang siswa yang mengharapkan bantuan dari
gurunya bisa berubah lebih dari itu, karena emosi daripada karena keinginan
untuk mencapai sesuatu.
4)
Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur
kepribadian seperti rasa rendah diri, atau keyakinan diri, seorang siswa yang
termasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi masalah.
5)
Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan
cendrung meningkatkan motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau
menurunkan motivasi tergantung berbagai faktor.
6)
Motivasi bertambah bila para siswa memiliki
alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
7)
Kajian dan penguatan guru, orang tua, dan teman
sebaya berpengaruh terhadap motivasi dan prilaku.
8)
Intensif dan hadiah material kadang-kadang
berguna dalam situasi kelas, meskipun ada bahayanya bila siswa belajar karena
ingin mendapat hadiah dan bukan karena memang ingin belajar.
9)
Kompetensi dan intensif bisa efektif dalam
memberi motivasi, tapi bila kesempatan untuk menang kecil kompetisi dapat
mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan.
10)
Sikap yang baik untuk belajar dapat di capai
oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang memuaskan.
11)
Proses belajar dan kegiatan yang di kaitkan
kepada minat siswa saat itu dapat mempertinggi motivasi.
c.
Prinsip
Perbedaan Individu
Proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang. Proses pengajaran
seyogyanya memperhatikan perbedaan individual
dalam kelas sehingga dapat memberi
kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginya.
Berkenaan dengan
perbedaan individual ada beberapa hal yang perlu diingat:
1)
Siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan
kelemahan dirinya dan selanjutnya
mendapat perlakuan dan pelayanan kegaiatan, tugas belajar dan pemenuhan
kebutuhan yang betbeda-beda.
2)
Siswa perlu mengenal potensinya dan seyogyanya
dibantu untuk merencanakan dan
melaksanakan kegiatannya sendiri.
3)
Siswa membutuhkan variasi tugas, bahan, dan
metode, yang sesuai dengan tujuan minat, dan latar belakangnya.
4)
Siswa cendrung memilih pengalaman belajar yang
sesuai dengan pengalaman masa lampau yang bermakna untuknya.
5)
Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk
belajar dapat diperkuat bila individu tidak merasa terancam lingkungannya,
sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil bagian secara aktif dalam kegiatan
belajar.
6)
Siswa yang didorong untuk mengembangkan
kekuatannya akan mau belajar giat dan sunggah-sungguh. Tapi sebaliknya bila
kelemahannya yang lebih ditekankan maka ia akan menunjukkan ketidakpuasannya
belajar.
d.
Prinsip
Kesiapan
Proses belajar dipengaruhi kesiapan
siswa. Yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang
memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu, terdapat berbagai
macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seorang siswa yang belum
siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau
malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan, dan pertumbuhan
fisik, intelegensi, latar belakang pengalaman, hasil beljar yang baku,
motivasi, persepsi, dan factor-faktor lain yang memunginkan seseorang dapat
belajar.
Berdasarkan
prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
1)
Seseorang individu akan dapat belajar dengan
sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang diberikan kepadanya erat hubugannya dengan
kemampuan, minat, dan latar belakangnya.
2)
Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan
diduga. Hal ini mengandung arti bila seorang guru ingin mendapat gambaran
kesiapan siswanya untuk mempelajari sesuatu, ia harus melakukan pengetesan
kesiapan.
3)
Jika seorang individu kurang memiliki kesiapan
untuk tugas, kemudian tugas itu seyogyanya ditunda sampai dapat dikembangkan
kesiapan itu atau guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan kesiapan siswa.
4)
Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan
taraf kesiapan.
5)
Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogyanya
divariasikan dengan faktof kesiapn kognitif, afektif dan psikomotor dari
berbagai individu.
e.
Prinsip
Persepsi
“Seseorang cendrung untuk percaya sesuai dengan bagaimnna ia memahami
situasi”. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap
individu melihat dunia dengna caranya sendiri yang berbeda dari yang lain.
Persepsi ini mempengaruhi prilaku individu. Seorang guru akan memahami siswanya
lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi
tertentu. Berkenaan dengan ini ada beberapa hal yang penting harus kita
perhatikan.
1)
Setiap siswa melihat dunia berbeda dari yang
lainnya karena setia psiswa memilki lingkungan yang berbeda.semua siswa tidak
dapat melihat lingkungan yang sama dengan cara
sama.
2)
Seseorang menafsirkan sesuai dengan tujuan,
sikap, alasan, pengalaman, kesehatan, perasaan, dan kemampuannya.
3)
Cara bagaimana seseorang melihat dirinya
berpengaruh terhadap prilakunya. Dalam situasi siswa cendrung bertindak sesuai
dengan cara melihat dirinya sendiri.
4)
Siswa dapat dibantu dengan member kesempatan
menilai dirinya. Guru menjadi contoh hidup. Prilaku yang baik tergantung pada
yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi.
5)
Persepsi dapat berlanjut dengan member siswa
pandangan bagaimana hal itu dapat dilihat.
6)
Kecermatan persepsi harus di cek. Diskusi
kelompok dapat dijadikan sarana untuk mengklasifikasi persepsi mereka.
f.
Prinsip
Tujuan
“Tujuan harus tergambar dalam pikiran dan dan di terima oleh siswa pada
saat proses belajar terjadi”. Tujuan ialah sarana khusus yang hendak dicapai
oleh seseorang mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1)
Tujuan seyogyanya mewadahi kemampuan yang harus
di capai.
2)
Dalam menetapkan tujuan seyogyanya
mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat.
3)
Siswa akan dapat menerima tujuan yang dirasa
akan dapat memenuhi kebutuhannya.
4)
Tujuan guru dan tujuan siswa seyogyanya sesuai.
5)
Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan
oleh masyarakat dan pemerintah biasanya akan mempengaruhi prilaku.
6)
Tingkat keterlibatan siswa secara aktif
mempengaruhi tujuan yang dicanangkannya dan dapat ia capai.
7)
Perasaan siswa mengenai manfaat dan kemampuannya
dapat mempengaruhi prilaku. Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan merasa rendah
diri atau prestasinya menurun.
8)
Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi
tujuan yang nampak untuk siswa. Karena guru harus dapat merumuskan tujuan
dengan jelas dan dapat diterima.
g.
Prinsip
Transfer Dan Retensi
“ Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan
hasil belajar dalam situasi baru.
Sesuatu yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam
situasi yang lain.
Berkenaan dengan
proses transfer dan retensi ada beberapa hal yang harus kita ingat.
1)
Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat
retensi. Usaha yang aktif untuk mengingat atau menugaskan sesuatu latihan untuk
dipelajari dapat meningkatkan retensi.
2)
Bahan yang bermakna bagi siswa dapat diserap
dengan baik.
3)
Retensi seseorang yang terbagi-bagi memungkinkan
retensi yang baik. Suasana belajar yang dibagi kedalam unit-unit kecil ,waktu
dapat menghasilkan proses belajar dengan retensi yang baik daripada proses
belajar yang berkepanjangan.
4)
Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi
psikis dimana proses belajar itu terjadi. Karena itu latihan seyogyanya
dilakukan dalam suasana yang nyata.
5)
Penelahaan bahan-bahan yang factual ,
keterapilan dan kosep meningkatkan retensi dan nilai transfer.
6)
Proses belajar terjadi bila
kegiatan-kegiatan yang dilakukan
memberikan hasil yang memuaskan.
7)
Sikap pribadi, perasaan, atau suasana emosi para
pelajar, dapat menghasilkan proses peluapan
hal-hal tertentu.
8)
Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan
terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu.
9)
Pengetahuan tentang konsep , prisip, dan
generalisasi, dapat diserap denag dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan
memberikan ilustrasi unsur-unsur yang sempurna.
10) Transfer
hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila
hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi
yang agak sama di buat.
11) Tahap
proses belajar seyogyangya memasukkan usaha untuk menarik generasi yang pada
gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.
h.
Prinsip
Belajar Kognitif
“Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan taua penemuan.”
Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsue, pembentukan konsep, penemuan
dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk prilaku.
Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif.
1)
Hasil belajar kognitif akan bervariasi sesuai
dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada.
2)
Bentuk-bentuk kesiapan pembedaharaan kata,
kemampuan membaca, kecakapan , dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap
proses belajar kognitif.
3)
Pengalaman belajar harus terorganisasi ke dalam
satuan-satuan atau unit-unit yang sesuai.
4)
Bila menyajikan konsep, kebermaknaan, dari
konsep amatlah penting.
5)
Dalam pemecahan masalah para pelajar harus di
bantu untuk mendefinisikan dan membatasi lingkup masalah, menemukan informasi
yang sesuai, menafsirkan dan menganalisa masalah dan memungkinkan berfikir
menyebar.
i.
Prinsip
Belajr Afektif
Proses belajar afektif seseorang menentukan bagaimana ia menhubungkan
dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai, emosi,
dorongan, minat, dan sikap.
Berkenaan denagan hal-hal tersebut diatas, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam proses belajar afektif.
1)
Hampir semua situasi kehidupan mengandung aspek
afektif.
2)
Hal
bagaimana para pelajar menyesuaikan diri dan member reaksi terhadap situasi
akan member dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.
3)
Sutu waktu, nilai-nilai yang penting yang diperoleh
pada masa kanak-kanak akan tetap melekat sepanjang hayat.
4)
Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses
identifikasi dari orang bukan sebagi hasil belajar langsung.
5)
Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman
yang menyenangakan.
6)
Nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi
oleh standar prilaku kelompok.
7)
Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental
memiliki hubungan yang erat.
8)
Belajar efektif dapat dikembangkan melalui
interaksi guru dengan siswa.
9)
Pelajar peril dibantu agar lebih matang dengan
cara membantu mereka dn memahami sikap, peranan, dan emosi.
j.
Prinsip
Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalaikan aktivitas ragawinya. Belajar
psikomotor mengandung aspek mental dan fisik. Berkenaan dengan itu ada beberpa
hal yang perlu diperhatikan.
1)
Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan
variasi dalam kemampuan dasar psikomotor.
2)
Pengembangan psikomotor anak tertentu terjadi
tidak beraturn.
3)
Struktur ragawi dan sisem syaraf individu membantu
menentukan penampilan psikomotor.
4)
Melalui bermain dan aktivitas informasi para
pelajar akan memperoleh kemampuan mengontrol geraknya lebih cepat.
5)
Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan
pelajar untuk memadukan memperhalus geraknya akan lebih dapat diperluas.
6)
Factor
lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan cakupan penampilan
psikomotor individu.
7)
Penjelasan yang baik, demonstrasi, dan
partisipasi aktif belajr dapat menambah efisiensi belajar psikomotor.
8)
Latihan yang cukup diberikan dalam rentang waktu
tertentu proses belajar psikomotor.
9)
Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi
pelajar menimbulkan frustasi (keputusasaan) dan kelelahan yang lebih cepat.
k.
Prinsip
Belajar Evaluasi
Jenis cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar
saat ini dan selanjutnya.evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai
penampilan, motivasi belajar, dan kesiapan untuk belajar.
Berkenaan dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1)
Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan
member arag baru pada pelajar.
2)
Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran
evaluasi menjadi begitu penting bagi pelajar.
3)
Latihan penilaian, guru dapat mempengaruhi
bagaimana pelajar terlibat dalam evaluasi dan belajar.
4)
Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap
bila guru dan murid saling bertukar dan menerima pikiran dan perasaan.
5)
Kekurangan evaluasi dapat mengurangi kemampuan
guru dalam melayani muridnya.
6)
Jika tekanan evaluasi guru diberikan
terus-menerus terhadap penampilan siswa, pola ketergantungan penghindaran dan
kekerasan akan berkembang.
7)
Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.
Buku Sumber :
Nirwana,
Herman dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Padang : FIP UNP
0 Response to "Prinsip – Prinsip Belajar"
Post a Comment
Jika bermanfaat, Silahkan Tinggalkan Komentarnya :)