Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)



RESUME 5
 MATA KULIAH







Cara Belaja Siswa Aktif (CBSA)




Oleh
Rio Arjulis
1204696






JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017

A.   CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA)

1.      Pengertian Cara Belajar Siswa Aktif
Cara Belajar Siswa Aktif merupakan istilah belajar yang bermakna sama dengan student Active Learning (SAL). Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) adalah anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan.
Gagasan belajar aktif atau peng-aktiv-an siswa dalam proses belajar mengajar pada dasarnya bukanlah suatu barang baru dalam proses pembelajaran. Bagi dunia pendidikan Indonesia, tahun 1977 merupakan tahun kebangkitan kembali gagasan yang dikemas dengan nama Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Dikatakan kebangkitan kembali karena:
a)      untuk jangka waktu yang cukup lama azas belajar aktif ini memang sering diabaikan atau upaya perwujudannya dalam proses belajar-mengajar kurang mendapatkan perhatian dari guru, dan
b)      pada hakekatnya setiap proses belajar dengan sendirinya mengandung keaktivan atau dengan perkataan lain, yang namanya belajar tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya keaktivan dari siswa yang belajar, mulai dari yang sangat minimal sampai kepada yang sangat optimal.
Lebih lanjut, Dimyati dan Mujiono (1994) mengatakan bahwa pendekatan CBSA dapat diartikan sebagai anutan pembelajara yang mengarah kepada optimalisasi pelibatan intelektual dan emosional siswa dalam proses pembelajaran
Raka Joni (1992) sebagimana dijelaskan Dimyati dan Mujiono mengemukakan bahwa sekola yang memilik CBSA yang baik menunjukan ciri-ciri sebagai berikut :
                                                        i.            Pembeljaran yang dilakukan berpusat kepada kepentingan peserta didik.
                                                      ii.            Guru berperan sebagai pembimbing bagi terjadinya pengalaman belajar peserta didik.
                                                    iii.            Tujuan kegiatan belajar berorientasi ada perkembangan kemampuan siswa secara utuh dan seimbang.
                                                    iv.            Penyelenggaraan kegiatan belajar lebih berorientasi kepada kreativitas peserta didik.
Dengan demikian yang menjadi isu pokok dalam konsep CBSA bukanlah “ada-tidak adanya” keaktivan tersebut dalam proses, melainkan “kadar/ derajat keaktivan” siswa dalam proses belajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan CBSA diartikan sebagai “anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Pelibatan intelektual-emosional/ fisik siswa serta pengoptimalisasi dalam pembelajaran diarahkan untuk membelajarkan siswa bagiamana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai” (Dimyati & Mudjiono, 1999, h. 115).

2.      Rasional CBSA
Penggunaa metode ceramah masih mendominasi kegiatan guru. Kegiatan peserta didik yang berulang-ulang sekitar mendengar, memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang diperintahkan guru. Kegiatan belajar menjadi suatu kegiatan rutih, monoton, dan membosankan, bukan lagi sebagai suatu kegiatan yang menarik, menantang, dan menuntut partisipasi aktif peserta didik.
Dewasa ini, seperti diketahui, kita telah memasuki ambang “masyarakat belajar”, yaitu masyarakat yang menghendaki pendidikan seumur hidup. Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar mengajar di sekolah seyogyanya mengemban misi utama, yaitu membelajarkan peserta didik sehingga pada saatnya nanti peserta didik memiliki kemampuan untuk belajar mandiri sebagai basis dari pendidikan seumur hidup.
Sebagaimana telah diungkapkan bahwa meskipun telah lama dipahami bahwa belajar memerlukan keterlibatan secara aktif orang yang belajar, kenyataan masih menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Dalam proses pembelajaran masih tampak adanya kecenderungan meminimalkan peran dan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa lebih banyak berperan sebagai peserta pasif. Proses pembelajaran sebagaimana digambarkan, jelas tidak mungkin mampu mempersiapkan peserta didik untuk mampu bersaing dalam kehidupan dan menyesuaikan diri terhadap berbagai tantangan yang makin berat. Pembelajaran seyogyanya diorientasikan pada pembentukan kemampuan bersikap dan berfikir kritis dibangun di atas konsep-konsep dari sistem filosofis yang kuat, dilakukan melalui proses pengajaran yang memberikan berbagai peluang dan pengalaman yang bermakna.
Demikratisasi juga harus terjadi dalam proses pengajaran sehari-hari. Merekapun harus memperoleh prestasi belajar yang tinggi. CBSA, baik sebagi konsep maupun pendekatan dalam pengajaran bermaksud merespon berbagai tantangan, karena itu CBSA sepantasnya mendapat prioritas tinggi untuk dilaksanakan, khususnya guru dan siswa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

3.      Prinsip – Prinsip CBSA
Sebagaimana diungkapkan Moejiono dan Dimyati, (1992) prinsip-prinsip CBSA ini dapat dikelompoka menjadi : Pertama, prinsip-prinsip CBSA secara umum yang diturunkan dari prinsip-prinsip belajar. Kedua, adalah prinsip-prinsip CBSA yang secara khusus dilihat dari beberapa dimensi, yaitu program pembelajaran dan pada dimensi situasi belajar mengajar.

a.      Prinsip-prinsip CBSA Secara Umum
Secara umum prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam CBSA ini, adalah:
1)      Hal apapun yang dipelajari oleh murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri tidak ada seorangpun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2)      Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya sendiri, dan untuk setipa kelompok umur terdapat variasi dalam kecepatan belajar).
3)      Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setipa langkah segera diberi penguatan.
4)      Penguasaan secara penuh dari setiap langakah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti.
5)      Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasikan untuk belajar ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik.

b.      Prinsip-prinsip CBSA pada dimensi peserta didik
Menyangkut dimensi peserta didik, berbagai hal yang mesti diperhatikan adalah :
1)      Keberanian peserta didik untuk menunjukkan minat, keinginan dan dorongan yang ada pada dirinya.
Yang penting mendapat perhatian di sini adalah bahwa peserta didik menyadari betul belaajar sebagai tugasnya. Ia terlibat aktif dengan menunjukkan minatnya, berusaha meraih keinginannya dan melakukan kegiatan belajar untuk mewujudkan dorongan atau motifnya.
2)      Keinginan dan keberanian untuk ikut serta dalam kegiatan belajar.
Prinsip ini menuntut peserta didik untuk terdorong keinginan dan keberaniannya berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar. Dengan kata lain, keinginan dan keberanian untuk terlibat aktif harus dibangkitkan. Kehendak mereka tidak boleh terpendam, keinginan tidak perlu tertunda dan keberanian mereka tidak boleh menjadi kendor sebelum teraktualisasikan dalam pengalaman belajar mereka sendiri.

3)      Usaha dan kreativitas peserta didik.
Kerja keras peserta didik dalam berusaha mencari pemecahan masakah yang dihadapi dalam belajar patut menjadi perhatian yang penting. Mereka tidak diharapkan menghindari tantangan dan masalah-masalah yang dihadapi; kreativitas mereka justru harus mencul dan berkembang dengan optimal.
4)      Keingintahuan yang kuat.
Sifat keingintahuan yang kuat, yang secara alamiah telah ada dalam diri anak sejak kecil, tidak boleh terlambat. Peristiwa pengajaran hendaknya memelihara kondisi belajar peserta didik untuk selalu bertanya dan berusaha mencari jawabannya secara memuaskan. Mereka menjadi lebih aktif dalam belajar karena berbagai hal yang merancang untuk ditanyakannya dan dicari respon-responnya secara tepat.
5)      Rasa lapang dan bebas.
Kegiatan belajar sepatutnya menyenangkan, menimbulkan rasa lapang dan perasaan bebas. Kegiatan itu bukanlah sesuatu yang menimbulakan beban, perasaan stress, situasi yang mencakam dan menakutkan. Mereka tidak boleh terbelenggu untuk mengemukakan ide-ide atau gagasan-gagasannya dalam kegiatan belajar. Mereka harus terbiasa dalam keadaan merdeka, memiliki kebebasan yang bertanggung jawab.

c.        Prinsip-prinsip CBSA pada dimensi guru
Dilihat dari dimensi guru, sejumlah prinsip yang harus dipatuhi adalah:
1)      Usaha guru menbina dan mendorong peserta didik.
Prinsip ini menuntut guru untuk senantiasa bertindak sebagai motivator dalam mempertahankan keterlibayan aktif peserta didik selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
2)      Guru sebagai innovator dan fasilitator.
Guru adalah seseorang yang selalu tanggap terhadap setiap perubahan dan pembaruan atau inovasi. Ia harus responsive terhadap ide-ide atau gagasan-gagasan baru dan berusaha untuk menerapkan dan menyebarluaskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Ia juga dituntut untuk selalu berusaha memberikan bentuan, peluang dan kemudahan-kemudahan bagi terjadinya proses belajar peserta didik.
3)      Sikap tidak mendominasi.
Hal yang harus disadari guru adalah peran peserta didik dalm kegiatan belajar mengajar menduduki posisinya yang primer. Sedangkan guru sendiri menduduki posisnya yang sekunder. Peserta didiklah yang lebih penting dari pada guru. Karena itu guru tidak boleh mendikte atau mendominasi peserta didik. Peserta didik adalah seseorang yang aktif belajar. Mereka pada dasarnya mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan cara-cara yang dilakukannya sendiri pula.
4)      Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk belajar menurut irama, cara, dan kemampuannya.
Setiap peserta didik hendaklah disadari sebagai seorang individu yang memiliki karakteristik masing-masing. Mereka itu memiliki keunikan, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya dalam hal kekuatan motivasi belajarnya, kebutuhan belajarnya, kemampuannya, dan kecepatan belajarnya. Guru dituntut untuk berusaha melayani kepentingan peserta didik yang berbeda-beda itu. Pengajaran yang guru ciptakan hendaklah semakin membuka adanya kemungkinan pelayanan yang bersifat individual.

d.      Prinsip-prinsip CBSA pada dimensi program pengajaran.
Dari dimensi program pengajaran, prinsip-prinsip CBSA yang harus diperhatikan dalah:
1)      Tujuan dan isi pelajaran memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan peserta didik. Menurut prinsip ini, tujuan dan isi program pengajaran hendaknya dapat disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan kemampuan peserta didik.
2)      Kemungkinan terjadinya pengembangan konsep dan aktivitas peserta didik. Program pengajaran yang disusun dan dilaksanakan guru, hendaklah program yang menyediakan berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan peserta didik mengembangkan konsep-konsep dan aktivitas belajarnya.
3)      Pengguanaan dan pemilihan berbagai metode dan media.
Suatu strategi dan metode mengajar yang bisa dipilah serta media yang bisa digunakan hendaknya dapat ditelusuri dari program pengajaran yang akan dilaksanakan. Artinya bahwa program pengajaran itu mencerminkan tuntutan pemilihan suatu strategi dan metode belajar  mengajar tertentu serta tuntutan penggunaan media tertentu pula. Penggunaan variasi strategi dan metode serta penggunaan multimedia sangat memungkinkan dapat melibataktifkan peserta didik dalam belajar tang penuh makna.
4)      Penentuan metode dan media yang fleksibel.
Program pengajaran hendaklah menyediakan pula adanya alternative atau metode dan media secara fleksibe. Pilihan ini dilakukan bukanlah mengurangi keberartian proses belajar mengajar yang dilakukan, melainkan merupakan penetapan atas tindakan-tindakan atau pilihan-pilihan yang nilanya setara.


e.       Prinsip-prinsip CBSA pada dimensi situasi belajar mengajar
Prinsip-prinsip CBSA yang penting dipatuhi pada dimensi situasi belajar mengajat adalah:
1)      Komunikasi guru –peserta didik yang intim dan hangat.
Prinsip ini menunjukkan bahwa kedudukan guru dan peserta didik dalam peristiwa komunikasi (belajar-mengajar) menempati posisi yang sederajat. Hal demikian dimaksudkan agar hubungan diantara keduanya berada dalam situasi keterbukaan, kebersamaan, kekeluargaan, intim dan hangat. Dalam dituasi yang diciptakan semacam ini tidaklah kewibawaan guru akan berkurang melainkan hal itu dapat memperlancar jalannya proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan usaha pencapaian prestasi belajar peserta didik yang tinggi.
2)      Terjadinya kegairahan dan kegembiraan dalam belajar.
Peserta didik, lebih-lebih anak-anak usia sekolah dasar masih sangat menuntut terciptanya situasi kegairahan dan kegembiraan dalam mengajar. Guru-guru iru hendaknya mempertimbangkan betul karakteristik peserta didik dan melakukan penyesuaian atau sitiasi belajar mengajar yang dikondisikan





















Sumber Bacaan
Nirwana, Herman dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Padang : FIP UNP
http://www.duniapelajar.com/2010/06/03/rasional-dan-prinsip-prinsip-cbsa/ diakses pada tanggal 28 maret 2017 - pukul 20.48 wib

0 Response to "Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)"

Post a Comment

Jika bermanfaat, Silahkan Tinggalkan Komentarnya :)