MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN
PERMASALAHAN PENDIDIKAN
OLEH :
RIO ARJULIS
1204696
KURIKULUM
DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah PENGANTAR
PENDIDIKAN
yang berjudul “Permasalahan
Pendidikan”
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Makalah ini
disusun untuk melengkapi salah satu tugas akhir Pengantar Pendidikan, sesuai
dengan ketentuan yang diberikan oleh Ibu Dra. Zulminiati M.Pd sebagai dosen
pembimbing.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya makalah ini.
Penulis sadar
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis memohon maaf
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyampaian materi dalam makalah
ini. Selanjutnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita.
Padang, 15 Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.
Latar Belakang............................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C.
Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.
Masalah Pokok Pendidikan.......................................................................... 3
B.
Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya
Permasalahan Pendidikan 12
BAB III PENUTUP............................................................................................. 18
A.
Kesimpulan................................................................................................ 18
B.
Saran.......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Secara
fungsional, pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menyiapkan manusia
menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun
secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antar bangsa. Hal
ini berarti pendidikan nasional mempunyai tugas untuk menyiapkan sumber daya
manusia yang baik, yang dapat berguna dalam pembangunan dimasa
depan. Derap langkah pembangunan sendiri selalu diupayakan seirama
dengan tuntutan zaman. Tetapi, perkembangan zaman selalu memunculkan
tantangan-tantangan baru, yang sebagiannya tidak dapat diramalkan
sebelumnya. Sebagai konsekuensi logis, pendidikan selalu dihadapkan
pada masalah-masalah baru. Masalah-masalah tersebut kemudian berdampak kepada
kualitas sumber daya manusia dan pendidikan di Indonesia.
Kualitas
pendidikan di Indonesia sendiri saat ini pantas dikatakan memprihatinkan. Ini dibuktikan antara
lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia
(Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian
pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa
indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di
dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998),
dan ke-109 (1999).
Makalah ini
akan menitiberatkan pada pokok-pokok permasalahan pendidikan yang berpengaruh
terhadap kualitas pendidikan dan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia dan
strategi-strategi pemecahan masalah dari permasalahan pendidikan tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah
permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia ?
2. Apakah
penyebab permasalahan pendidikan di indonesia ?
3. Bagaimana
solusi yang dapat dilakukan demi mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia
?
C.
Tujuan
Untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah “Pengantar Pendidikan”
dan menjelaskan apa saja permasalahan
pendidikan yang terjadi di Indonesia, penyebab dan solusi permasalan pendidikan
tersebut. Makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi pembaca dan penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
PERMASALAHAN
PENDIDIKAN
A.
Masalah Pokok Pendidikan
Masalah adalah suatu kendala atau
persoalan yang harus dipecahkan, dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan
antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai tujuan
dengan hasil yang maksimal.
Sementara itu, Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara (UU No. 20 Tahun 2003).
Dalam perjalanannya menuju tujuan
pendidikan nasional sebagaimana yang tertuangdalam Undang-Undang Nomor 2 tahun
1989 tentang tujuan pendidikan nasional yakni“mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab dan kemasyarakatan dan
kebangsaan”, Pendidikan di Indonesia dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan
yang berdampak kepada kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia.
Secara umum, terdapat empat masalah
pokok pendidikan nasional yang perlu diprioritaskan
penanggulangannya. Masalah yang dimaksud adalah :
1. Masalah
pemerataan kesempatan dan akses pendidikan
2. Masalah
peningkatan mutu
3. Masalah
relevansi pendidikan; dan
4. Masalah
Efisiensi dan system manajemen pendidikan
Adapun
permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu, diantaranya rendahnya sarana
fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan
guru, rendahnya prestasi siswa,rendahnya kesempatan pemerataan
pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan
mahalnya biaya pendidikan.
Secara
lengkap empat permasalahan pokok tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1.
Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah
pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warganegara untuk
memperoleh pendidikan. (Tim, 2008)
Masalah ini
dapat dipecahkan dengan dua cara yaitu dengan cara konvensional dan cara
inovatif. Cara konvensional misalnya pembangunan gedung sekolah dan pergantian
jam belajar. Cara inovatif misalnya sistem guru kunjung dan Sekolah Terbuka.
(Hartoto, 2008)
Dalam
melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memajukan bangsa dan kebudayaan
nasional, pendidikan nasional diharapkan dapat menyediakan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi seluruh warga Negara Indonesia untuk memperoleh
pendidikan. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 5 ayat (1) yang menyatakan
bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu”, dan pasal 11, ayat (1) yang menyatakan “Pemerintah
dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi”.
Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945 pun mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya. Para pendiri
bangsa meyakini bahwa peningkatan taraf pendidikan merupakan salah satu kunci
utama mencapai tujuan negara yakni bukan saja mencerdaskan kehidupan bangsa,
tetapi juga menciptakan kesejahteraan umum dan melaksanakan ketertiban dunia.
Pemerataan
pendidikan sendiri mencakup dua aspek penting yaitu aspek equality dan aspek
equity. Equality atau persamaan mengandung arti persamaan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan, sedangkan equity bermakna keadilan dalam memperoleh
kesempatan pendidikan yang sama diantara berbagai kelompok dalam masyarakat.
Selain itu, Akses terhadap pendidikan yang merata berarti semua
masyarakat memiliki hak untuk memperoleh pendidikan dengan mudah.
Masalah
pemerataan pendidikan ini berkenaan dengan rasio atau perbandingan antara
masukan pendidikan atau jumlah penduduk yang tertampung dalam satuan-satuan
pendidikan, dengan jumlah penduduk yang secara potensial sudah siap memasuki
satuan-satuan pendidikan. Makin besar kesenjangan antara jumlah penduduk
yang menjadi peserta didik dengan penduduk yang seharusnya memperoleh
pendidikan, makin besar pula masalah pemerataan dan akses pendidikan tersebut.
Masalah ini
kemudian dipandang penting sebab jika anak-anak usia sekolah memperoleh
kesempatan belajar pada SD. Maka mereka memiliki bekal dasar berupa kemampuan
membaca menulis, dan berhitung. Sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan
kemajuan melalui berbagai media masa dan sumber belajar yang tesedia, baik,
mereka nantinya berperan sebagai produser dan konsumen. Dengan demikian mereka
tidak terbelakang dan menjadi penghambat derap pembangunan.
Permasalahan
ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yakni :
1. Kondisi
sosial ekonomi keluarga.
2. Kondisi
fisik dan mental calon peserta didik.
3. Kondisi tempat pendidikan yang tersedia.
4. Tingkatan
aspirasi masyarakat tentang peranan dan pentingnya pendidikan bagi kehidupan.
5. Daerah jangkauan
satua pendidikan.
Hal ini kemudian menghadapkan
pemerintah kepada tanggung jawab untuk memenuhi hak-hak masyarakat memperoleh
pendidikan, dalam hal ini melakukan pemerataan kesempatan dan akses pendidikan
keseluruh pelosok negeri ini.
Langkah-langkah
kongkrit pun telah di upayakan oleh pemerintah dalam mengatasi masalah
ini. salah satunya adalah Kebijakan pembangunan pendidikan pada
tahun 2007 mencakup diantaranya adalah mengenai pemerataan dan perluasan akses
pendidikan, dimana mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju
terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran
pendidikan secara berarti. Selain itu, ada pula kebijakan pemberian
beasiswa kepada siswa tidak mampu dan program BOS atau Bantuan Operasional
Sekolah untuk pendidikan dasar. Tetapi kebijakan-kebijakan tersebut
dipandang belum mampu mengatasi masalah pemerataan dan akses pendidikan di
Indonesia.
2.
Masalah Mutu Pendidikan
Sebagai
komitmen terhadap mutu pendidikan, pemerintah merancang sistem penjaminan
mutu pendidikan (SPMP). SPMP dituangkan dalam Permendiknas No. 63 tahun 2009.
Dalam Permendiknas tersebut dinyatakan bahwa “Penjaminan mutu adalah
serangkaian proses dan sistem yang terkait untuk mengumpulkan , menganalisis,
dan melaporkan data mutu tentang kinerja staf, program, dan lembaga”
.
Namun, hal
tersebut tidak serta merta mengubah keadaan mutu pendidikan di
Indonesia. Pada kenyataannya mutu pendidikan di Indonesia justru makin
memprihatinkan. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas sumber daya
manusia di Indonesia yang sama sekali tidak dapat diandalkan untuk pembangunan.
Terdapat
beberapa penyebab mengapa mutu pendidikan di Indonesia, baik pendidikan formal
maupun informal, dinilai rendah. Penyebab rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia adalah efektifitas, efisiensi dan
standardisasi pengajaran.
a. Efektifitas
Pendidikan di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu
pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah,
menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan
demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat
meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Efektifitas pendidikan di Indonesia
sangat rendah. Setelah praktisi pendidikan melakukan penelitian dan
survey kelapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan
yang jelas sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan
peserta didik dan pendidik tidak tahu apa yang akan dihasilkan sehingga tidak
mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan.
b. Efsiensi
Pengajaran di Indonesia
Efisien adalah bagaimana
menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’.
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di indonesia adalah mahalnya biaya
pendidikan, lamanya waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar
dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di
Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumberdaya manusia Indonesia
yang lebih baik.
c. Standarisasi
Pendidikan di Indonesia
Dunia pendidikan terus berubah.
Kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat terus-menerus berubah apalagi di
dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern dalam era globalisasi.
Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam lembaga
pendidikan harus lah memenuhi standar.
Seperti yang kita lihat sekarang
ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal
terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi. Kualitas
pendidikan di ukur oleh standar dan kompetensi di dalam berbagai versi sehingga
dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standarisasi dan kompetensi
tersebut seperti Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Tinjauan
terhadap standarisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan akhirnya
memunculkan bahaya yang tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang
terkekan oleh standar kompetensi saja sehingga kehilangan makna dan tujuan
pendidikan tersebut. Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan
bagaimana agar mencapai standar pendidikan, bukan bagaimana agar
pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana
acara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh,
yang terpenting adalah memenuhi nilai di atas standar.
Hal seperti di atas sangat
disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena
terlalu menuntun standar kompetensi.
Dalam kasus UAN yang hampir selalu
menjadi kontrofersi misalnya, adanya sistem evaluasi seperti
UAN sebenarnya sangat baik, namun yang disayangkan adalah evaluasi
pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya seorang siswamengikuti
pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang
dilalui siswa tersebut yang telah menenpuh proses pendidikan selama
beberapa tahun. Selain hanya berlangsung sekali, evaluasi seperti itu
hanya mengevaluasi beberapabidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang
studi lain yang telah didikuti. Hal itu jelas salah satu penyebab
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
3.
Permasalahan Efisiensi dan Efektivitas Pendidikan
Sesuai dengan pokok permasalahan
pendidikan yang ada selain sasaran pemerataan pendidikan dan peningkatan mutu
pendidikan, maka ada satu masalah lain yang dinggap penting dalam pelaksanaan
pendidikan, yaitu efisiensi dan efektifitas pendidikan.
Permasalahan efisiensi pendidikan
dipandang dari segi internal pendidikan. Maksud efisiensi adalah apabila
sasaran dalam bidang pendidikan dapat dicapai secara efisien atau berdaya guna.
Artinya pendidikan akan dapat memberikan hasil yang baik dengan tidak
menghamburkan sumberdaya yang ada, seperti uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
Pelaksanaan proses pendidikan yang
efisien adalah apabila pendayagunaan sumber daya seperti waktu, tenaga dan
biaya tepat sasaran, dengan lulusan dan produktifitas pendidikan yang optimal.
Pada saat sekarng ini, pelaksanaan pendidikan di Indonesia jauh dari efisien,
dimana pemanfaatan segala sumberdaya yang ada tidak menghasilkan lulusan yang
diharapkan. Banyaknya pengangguran di Indonesia lebih dikarenakan oleh kualitas
pendidikan yang telah mereka peroleh. Pendidikan yang mereka peroleh tidak
menjamin mereka untuk mendapat pekerjaan sesuai dengan jenjang pendidikan yang
mereka jalani.
Pendidikan yang efektif adalah
pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang dicapai sesuai dengan rencana /
program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika rencana belajar yang telah
dibuat oleh dosen dan guru tidak terlaksana dengan sempurna, maka pelaksanaan
pendidikan tersebut tidak efektif. Tujuan dari pelaksanaan pendidikan
adalah untuk mengembangkan kualitas SDM sedini mungkin, terarah, terpadu dan
menyeluruh melalui berbagai upaya. Dari tujuan tersebut, pelaksanaan
pendidikan Indonesia menuntut untuk menghasilkan peserta didik yang memeiliki
kualitas SDM yang mantap.
Ketidakefektifan pelaksanaan
pendidikan tidak akan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Melainkan
akan menghasilkan lulusan yang tidak diharapkan. Keadaan ini akan menghasilkan
masalah lain seperti pengangguran. Penanggulangan masalah pendidikan ini
dapat dilakukan dengan peningkatan kulitas tenaga pengajar. Jika kualitas
tenaga pengajar baik, bukan tidak mungkin akan meghasilkan lulusan atau produk
pendidikan yang siap untuk mengahdapi dunia kerja. Selain itu, pemantauan
penggunaan dana pendidikan dapat mendukung pelaksanaan pendidikan yang efektif
dan efisien. Kelebihan dana dalam pendidikan lebih mengakibatkan tindak kriminal
korupsi dikalangan pejabat pendidikan. Pelaksanaan pendidikan yang lebih
terorganisir dengan baik juga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pendidikan. Pelaksanaan kegiatan pendidikan seperti ini akan lebih bermanfaat
dalam usaha penghematan waktu dan tenaga.
4.
Masalah Relevansi Pendidikan
Telah dijelaskan sebelumnya
bahwa tugas pendidikan
adalah menyiapkan sumber daya manusia yang baik untuk menunjang
pembangunan. Proses ini tentu berkaitan erat dengan relevansi
pendidikan di indonesia.
Secara umum, arti dari relevansi
adalah kecocokan. Relevan adalah bersangkut paut, berguna secara langsung
(kamus bahasa Indonesia). Relevansi berarti kaitan, hubungan (kamus bahasa
Indonesia). Itu berarti, Masalah
relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat
menghasilkan output atau sumber daya manusia yang sesuai
dengan kebutuhan dan dapat secara langsung berguna dalam proses
pembangunan. Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor
pembangunan yang beraneka ragam. Jika sistem pendidikan menghasilkan luaran
yang dapat mengisi semua sektor pembangunan baik yang aktual (yang tersedia)
maupun yang potensial dengan memenuhi kriteria yang dipersyaratkan oleh
lapangan kerja, maka relevansi dianggap tinggi.
Masalah
relevansi ini terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu
yang tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke
satuan pendidikan diatasnya. Masalah relevansi juga dapat diketahui
dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu, yaitu sekolah kejuruan
dan pendidikan tinggi yang belum atau bahkan tidak siap untuk bekerja.
Permasalahan relevansi pendidikan di
Indonesia tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
:
a. Ketersediaan lapangan pekerjaan dalam
masyarakat.
b. Perkembangan dan perubahan yang
cepat dalam jenis dan tugas pekerjaan. Jenis dan tugas-tugas tenaga
pekerjaan dalam masyarakat tidaklah tetap, tetapi berubah, yang tidak jarang
tidak dapat diikuti oleh lembaga pendidikan.
c. Mutu dan perolehan tamatan yang
dihasilkan sekolah tidak dapat memenuhi harapan dan kebutuhan dunia
kerja. Mutu tamatan yang dibawah standar yang jumlah yang kurang
atau berlebihan merupakan masalah inti relevansi pendidikan.
5.
Saling Kait Antar Masalah
Pada dasarnya pembangunan di bidang
pendidikan tentu menginginkan tercapainya pemerataan pendidikan dan pendidikan
yang bermutu sekaligus. Belum ada suatu Negara yang dari sejak berdirinya mampu
melaksanakan dan memenuhi keinginan seperti itu. Lazimnya, yang terjadi ialah
pada saat yang sama mutu pendidikan belum dapat diwujudkan, malah sering
tertelantarkan. Kondisi demikian itu wajar.
Ada dua faktor yang dapat
dikemukakan sebagai penyebab mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat
diusahakan pada saat demikian.
Pertama, gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengerahan dana dan daya. Kedua, kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidik yang kurang kompeten, kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak memadai, dan seterusnya.
Pertama, gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengerahan dana dan daya. Kedua, kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidik yang kurang kompeten, kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak memadai, dan seterusnya.
Meskipun demikian pemerataan
pendidikan tidak dapat diabaikan karena upaya tersebut, terutama pada saat-saat
suatu bangsa sedang mulai membangun mempunyai tujuan ganda, yaitu di samping
tujuan politis (memenuhi persamaan hak bagi rakyat banyak) juga tujuan
pembangunan, yaitu memberikan bekal dasar kepada warga Negara agar dapat menerima
informasi dan memiliki pengetahuan dasar untuk mengembangkan diri sehingga
dapat berpartisipasi dalam pembangunan.
B.
Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnnya Masalah
Pendidikan
1.
Pengaruh IPTEK dan Seni
a.
Perkembangan
IPTEK
Terdapat hubungan yang erat anatara pendidikan dengan IPTEK
(Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi
secara sistem dan terorganisasi mengenai alam semesta. Teknologi adalah
penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hiudp
masyarakat.
b.
Perkembangan
Seni
Kesenian merupakan aktifitas berkreasi manusia secar
individual ataupun kelompok yang menghasilkan suatu yang indah. Melalui
kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan spontanitas dalam menemukan
keindahan, seni membutuhkan pengembangan-pengembangan dominan efektif khususnya
emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan di samping dominan
kognitif yang sudah di anggap melalui program/bidang study yang lain.
2.
Laju Pertumbuhan Penduduk
Masalah
kependudukan dan kepribadian bersumber pada dua hal :
a.
Pertambahan
Penduduk
Dengan bertambahnya penduduk, maka penyediaan prasarana dan
sarana pendidikan beserta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus
ditambah. Dengan demikian terjadi pergeseran permintaan akan fasilitas
pendidikan, yaitu untuk sekolah lanjut cendrung lebih meningkat disbanding
dengan permintaan akan fasilitas sekolah dasar.
b.
Penyebaran Penduduk
Penyebaran penduduk diseluruh pelosok tanah air tidak merata,
sebaran penduduk yang seperti digambarkan itu menimbulkan kesulitan dalam
penyediaan prasarana dan sarana pendidikan.
3.
Aspirasi Masyarakat
Aspirasi
masyarakat dalam hal meningkat, khususnya aspirasi terhadap pendidikan hidup
yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan semuanya ini mempengaruhi peningkatan
aspirasi terhadap pendidikan tidaklah berarti bahwa aspirasi tetap dibangkitkan
dan ditingkatkan utamanya pada masyarakat di daerah terpencil, sebab aspirasi
menjadi motor penggerak roda kemajuan .
4.
Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan
Keterbelakangan
budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh sekelompok masyarakat (yang
menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya.
Perubahan kebudayaan terjadi karena adanya penemuan baru dari luar maupun ari
dalam lingkungan masyarakat sendiri.
Keterbelakangan
itu terjadi karena :
1.
Letak
geografis tempat tinggal suatu masyarakat (misal terpncil)
2.
Penolakan
masyarakat terhadap datangnya unsure budaya baru karena tidak dipahami atau
karena dikhwatirkan akan merusak sendi masyarakat.
3.
Ketidak
mampuan masyarakat secara ekonomis, menyangkut unsure kebudayaan tersebut.
Sebungan dengan faktor penyebab terjadinya keterbelakangan
budaya umumnya di alami oleh :
a.
Masyarakat
daerah terpencil
b.
Masyarakat
yang tidak mampu secara ekonomis
c.
Masyarakat
yang kurang terdidik.
Yang menjadi masalah ialah bahwa kelompok masyarakat yang
terbelakang kebudayaannya tidak ikut berperan dalam pembangunan sebab mereka
tidak mempengaruhi dorongan untuk maju.
C.
Penanggulangan Masalah Pendidikan
Penanggulangan (pemecahan masalah) sebagai akibat pengaruh ke 4 faktor
yang telah dikemukakan terdahulu secara umum adalah sebagai berikut:
1.
Pendidikan harus senantiasa diperbaharui (direnovasi)
sesuai dengan perkembangan yang terjadi di luar bidang pendidikan itu sendiri.
Misalnya kurikulum harus fleksibel, jika perlu diperbaharui. Kurikulum jangan
mengakibatkan para pelakunya (siswa atau anak didik) selalu tertinggal
dibanding dengan kemajuan IPTEK di luar dunia pendidikan tersebut.
2.
Pendidikan (bersama bidang terkait) berusaha menahan
laju pertumbuhan penduduk atau pendidikan harus mencari sistem baru yang dapat
melayani semua orang yang memerlukan pendidikan.
3.
Aspirasi masyarakat terhadap pendidikan didukung dan
didorong terus agar lebih meningkat lagi.
4.
Sistem pendidikan meningkatkan peran/fungsinya sebagai
pengembangan kebudayaan diseluruh plosok tanah air.
Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan:
a.
Cara Konvesional
a) Membangun
gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.
b) Menggunakan
gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore).
b.
Cara Inovatif
1) Sistem
Pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru) atau Inpacts System
(Instructional Management by Parent, Community and, Teacher). Sistem tersebut
dirintis di Solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.
2) SD
kecil pada daerah terpencil.
3) Sistem
Guru Kunjung.
4) SMP
Terbuka (ISOSA – In School Out off School Approach).
5) Kejar
Paket A, B, dan C.
6) Belajar
Jarak Jauh, seperti Universitas Terbuka.
Usaha pemerataan mutu pendidikan bermaksud agar sistem pendidikan
khususnya sistem persekolahan dengan segala jenis dan jenjangnya di seluruh
pelosok tanah air (kota dan desa) mengalami peningkatan mutu pendidikan sesuai
dengan situasi dan kondisinya masing-masing.
Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan
a.
Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah,
khususnya untuk SLTA dan PT.
b.
Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui
studi lanjut, misalnya berupa pelatihan, penataran, seminar, kegiatan-kegiatan
kelompok studi seperti PKG dan lain-lain.
c.
Penyempurnaan kurikulum, misalnya dengan memberi materi
yang lebih esensial dan mengandung muatan lokal, metode yang menantang dan
menggairahkan belajar, dan melaksanakan evaluasi yang beracuan PAP.
d.
Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang
tenteram untuk belajar.
e.
Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media
pembelajaran, dan peralatan laboratorium.
f.
Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang
mengenai anggaran.
g.
Kegiatan pengendalian mutu yang berupa
kegiatan-kegiatan:
1) Laporan
penyelenggaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan.
2) Supervisi
dan monitoring pendidikan oleh penilik dan pengawas.
3) Sistem
ujian nasional/Negara seperti Ebtanas, Sipenmaru/UMPTN.
4) Akreditasi
terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu lembaga.
Dari keempat macam masalah pendidikan tersebut masing-masing dikatakan
teratasi jika pendidikan:
a. Dapat
menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya semua warga Negara yang
butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.
b.Dapat mencapai hasil yang bermutu, artinya
perencanaan, pemrosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan
yang telah dirumuskan.
c. Dapat
terlaksana secara efisien, artinya pemrosesan pendidikan sesuai dengan
rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
d.
Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya hasil
pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Masalah pokok pendidikan yang perlu
diprioritaskan penanggulangannya. Masalah yang dimaksud adalah :
Masalah Pemerataan Pendidikan,
Masalah Mutu Pendidikan, Masalah Relevansi Pendidikan,
dan Masalah Efisiensi dan Efektivitas Pendidikan.
2.
Permasalahan pendidikan dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: Kondisi sosial ekonomi
keluarga, Efektifitas Pendidikan di Indonesia, Efsiensi Pengajaran di
Indonesia, Standarisasi Pendidikan di Indonesia, Mutu dan perolehan
tamatan yang dihasilkan sekolah tidak dapat memenuhi harapan dan kebutuhan
dunia kerja, dan Tenaga kependidikan, terutama
mutu tenaga pengajar.
3.
Dari keempat masalah pendidikan di
Indonesia tersebut,
masing-masing dikatakan teratasi
jika pendidikan :
a. Dapat
menyediakan kesempatan pemerataan belajar.
b. Dapat
mencapai hasil yang bermutu.
c. Dapat
terlaksana secara efisien.
d. Produknya
yang bermutu tersebut relevan.
4. Solusi
pemecahan masalah dari berbagai permasalahan yang melanda pendidikan di
Indonesia adalah partisipasi dari semua pihak, dalam hal ini adanya
komitmen dari semua pihak terkait. Tenaga pendidik meningkatkan kualitas
pengajarannya, Sekolah meningkatkan perannya sebagai ujung tombak penjaminan
mutu pendidikan dan Instansi terkait lainnya menjalankan peran sesuai
wewenangnya masing-masing.
B.
Saran
Permasalahan pendidikan yang terjadi
di Indonesia mengakibatkan rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia. Rendahnya kulitas pendidikan di Indonesia menyebabkan
keterbelakangan Sumber Daya Manusia Indonesia yang pada akhirnya berdampak pada
keterlambatan pembangunan di Indonesia. Hal ini tentu tidak di
inginkan, oleh karena itu marilah kita bersama-sama mengaasi berbagai
permasalahan yang terjadi. Sehingga Negara Indonesia tidak selamanya
menjadi follower perkembangan bangsa lain.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud;
1982/1983, Materi Dasar Program
Pendidikan Akta Mengajar V, (Buku II A), Jakarta PPIPT Dekdikbud.
Tirta Rahardja,
Umar la Sulo, 1994, Pengantar
Pendididkan, Jakarta, P3MTK Dirjen Dikti Depdikbud.
Tim Dosen IKIP
Malang, 1987, Pengantar Dasar – Dasar
Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.
Ahmadi,
Abu. 1991. Ilmu pengantar pendidikan. Jakarta
: Rineka Cipta.
Abu ihsan, manto. Masalah
pendidikan di Indonesia penyebab dan solusinya. April 2011. Diakses
melalui www.mantoakg.blogspot.com
Buchori,
Mochtar. 1994. Spektrum problematika pendidikan di
Indonesia. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Mudyahardjo,
Redja. 2006. Pengantar pendidikan. Jakarta
: Rajagrafindo Persada.
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003,
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2003.
Suyanto dan abbas. 2001. Wajah
dan dinamika pendidikan anak bangsa. Yogyakarta : Adicita
Karya Nusa.
Tirtarahardja, umar dan La
Sulo. 2005. Pengantar
Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Ebekunt.
2009. Masalah Efisiensi, Efektivitas, dan
Relevansi Pendidikan dalam Perspektif Manajemen Pendidikan dalam http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/14/masalah-efisiensi-efektivitas-dan-relevansi-pendidikan-dalam-perspektif-manajemen-pendidikan/
Hartoto.
2008. Bab VII Permasalahan Pendidikan dalam
http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/22/bab-vii-permasalahan-pendidikan/
Tim Pembina MK Pengantar Pendidikan. 2008. Bahan Ajar Pengantar Pendidikan. Padang: FIP UNP
0 Response to "MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN "
Post a Comment
Jika bermanfaat, Silahkan Tinggalkan Komentarnya :)