Tugas Resume
PENDEKATAN RAISE
Oleh
Rio Arjulis
1204696
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang
BAB I
PENDEKATAN RAISE
Oleh
Rio Arjulis
1204696
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Perubahan
kurikulum pendidikan nasional kita adalah pada tahun 1984 (Kurikulum 1984)
dengan adanya istilah GBPP (Garis Besar Program Pengajaran), lalu pada tahun
1994 (Kurikulum 1994) yang selanjutnya direvisi pada tahun 1997, dan kurikulum
2004 (Kurikulum 2004) atau lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) yang selanjutnya direvisi lagi pada tahun 2006 menjadi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) sampai sekarang ini (Tahun Pelajaran 2012-2013).
Perubahan kurikulum menunjukkan
bagaimana sebuah dunia pendidikan itu dinamis, apabila dunia pendidikan tidak
menginginkan terjebak dalam suatu perubahan. Semangat perubahan yang harus kita
kobarkan, untuk menuju suatu perubahan dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Semua berharap perubahan kurikulum 2013 tidak hanya perampingan dari materi
ajar, tetapi harus mampu menjawab semua tantangan dari kurikulum sebelumnya.
Sejak
dikeluarkannya peraturan oleh Permendiknas No. 22, 23, dan 24 tahun 2006, semua
standar isi yang diimplementasikan dalam bentuk kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) pencapain kompetensi peserta didik semakin tidak jelas dan
terarah. Banyaknya kompetensi guru di berbagai daerah dan wilayah membuat
implementasi dari kurikulum 2006 (KTSP) sangat rentan terhadap banyak pendapat,
sehingga mutu kompetensi peserta didik sulit untuk terstandarisasi. Dengan
diserahkannya penyusunan dan pengembangan kurikulum kepada satuan pendidikan, copy – paste kurikulum baik silabus atau
RPP menjadi “budaya” baru di kalangan guru dan kepala sekolah. Akibatnya,
potensi local genius yang seharusnya muncul seiring dengan diterapkannya
kurikulum 2006 (KTSP) justru “hilang” karena menggunakan kurikulum sekolah atau
daerah lain tanpa melalui proses adaptasi. Jika keadaan ini terus dipaksakan,
lalu bagaimana dengan mutu pendidikan dan kualitas pendidikan di Indonesia?
Akibatnya semua semakin ragukan karena para lulusan lahir dari dunia pendidikan
yang miskin kompetensi, ilmu dan gagap budaya.
Dalam
kurikulum 2013, guru merupakan sebuah “tokoh utama” dalam dalam implementasi
kurikulum harus benar – benar disiapkan jauh sebelum kurikulum 2013 diputuskan
untuk dilaksanakan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Semua guru harus di
berdayakan dan dituntut harus paham tentang substansi kurikulum dan
pengimplementasiannya dalam proses pembelajaran. Pengalaman membuktikan sikap
tidak peduli terhadap pemberdayaan guru berdampak sangat serius terhadap dunia
pendidikan di Indonesia. Jika pengalaman buruk ini terulang, bukan tidak
mungkin kurikulum 2013 ini akan mengalami nasib yang sama yaitu mengalami
stagnasi untuk kemudian terpuruk ditengah dinamika peradaban dunia.
Konsep
kurikulum 2013 sangatlah ideal untuk mampu menciptakan generasi masa depan yang
tidak hanya cerdas otaknya, tetapi juga cerdas emosional, sosial dan
spiritualnya. Hal ini terlihat dari pengintegrasian nilai – nilai karakter
kedalam proses pembelajaran bukan hanya sebuah tulisan dalam rencana kurikulum
seperti kurikulum sebelumnya. Pendekatan pembelajaran mengajak peserta didik
untuk menambah pengetahuan baru berdasarkan pengalaman belajar yang didapatkan
di kelas, lingkungan sekolah dan masyarakat juga dapat mendekatkan peserta
didik pada kultur masyarakat dan bangsanya yang tepat ditetepkan ketika dunia
pendidikan di Indonesia tengah mengalami “gagap budaya”.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana pendekatan
RAISE dalam penyelenggaraan kurikulum ?
2. Bagaimana solusi program untuk melaksanakan RAISE ?
3. Apa saja hal-hal yang
bisa dilakukan dalam penerapan pendekatan RAISE ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui
pendekatan RAISE dalam penyelenggaraan kurikulum.
2.
Untuk memberikan solusi
program untuk melaksanakan RAISE.
3.
Untukmengetahui hal-hal
yang bisa dilakukan dalam penerapan pendekatan RAISE.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KURIKULUM 2013
Kurikulum pada dasarnya memiliki
tiga dimensi pengertian, yaitu kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum
sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran
(Sanjaya, 2008:4) :
1. Pandangan kurikulum sebagai mata
pelajaran dianggap sebagai pandangan tradisional, karena dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah terjadi pergeseran fungsi sekolah. Sekolah
mempunyai beban yang semakin kompleks yang tidak hanya membekali siswa dengan
berbagai macam ilmu pengetahuan. Sekolah dituntut mengembangkan minat dan
bakat, membentuk moral dan kepribadian, serta memenuhi dunia pekerjaan.
2. Kurikulum sebagai perencanaan
belajar dikemukakan oleh Taba (dalam Sanjaya, 2008:8). Kurikulum adalah suatu
rencana untuk belajar, sehingga apa yang diketahui tentang proses belajar dan
pengembangan individu mengacu pada sebuah bentuk kurikulum. Kurikulum adalah
perencanaan yang berisi tentang petunjuk belajar dan hasil yang diharapkan.
3. Pengertian ini sejalan dengan UU No.
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang mengatakan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu..
Batasan ini memperlihatkan bahwa kurikulum terdiri dari dua aspek, yaitu
sebagai rencana dan pengaturan tujuan, isi dan cara pelaksanaan rencana itu.
Kurikulum sebagai rencana digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar oleh guru. Kurikulum sebagai pengaturan tujuan, isi, dan cara
pelaksanaanya digunakan sebagai upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum memiliki tiga peran yang sangat penting, yaitu
peran konservatif, kreatif, serta peran kritis dan evaluatif (Hamalik, dalam
Sanjaya, 2008):
1. Peran konservatif kurikulum
berkaitan dengan peran dan tanggung jawab sekolah sebagai suatu lembaga
pendidikan yang mewarisi nilai-nilai dan budaya masyarakat. Peran kurikulum
adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu. Peran
kreatif kurikulum karena sekolah sesuai tuntutan perkembangan zaman memiliki
tanggung jawab dalam mengembangkan hal-hal baru dan inovatif. Hal tersebut
karena masyarakat tidak statis tetapi dinamis yang mengalami perubahan.
Kurikulum harus mampu menjawab setiap tantangan sesuai perkembangan dan
kebutuhan masyarakat yang cepat.
2. Peran kreatifnya, kurikulum harus
mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa mengembangkan potensi
yang dimiliki serta dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial yang selalu
bergerak dan berubah.
3. Peran kritis dan evaluatif dari kurikulum
didasarkan pandangan bahwa tidak semua nilai dan budaya baru yang sesuai dengan
perkembangan zaman harus dimiliki setiap anak didik. Tidak semua budaya dan
nilai-nilai lama yang dipertahankan. Dengan demikian kurikulum berperan
menyeleksi dan mengevaluasi nilai dan budaya yang bermanfaat untuk kehidupan
anak didik.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis kompetensi (outcomes-based curriculum) oleh karena itu pengembangannya
dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan. Dalam konstruk dan isinya
Kurikulum 2013 mementingkan terselenggaranya proses pembelajaran secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi
aktif. Proses belajar yang dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan
dengan penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk. Struktur Kurikulum
terdiri dari : Kompetensi Inti yaitu:
1. Kompetensi
Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi
Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3.
Kompetensi Inti-3(KI-3) untuk kompetensi
pengetahuan; dan
4. Kompetensi
Inti-4(KI-4) untuk kompetensi keterampilan.
Pengembangan kurikulum 2013 harus dilakukan karena adanya
tantangan yang harus dihadapi, baik tantangan internal maupun eksternal. Untuk
menghadapi tuntutan perkembangan zaman dirasa perlu adanya penyempurnaan
pola pikir dan penguatan tata kelola kurikulum serta pendalaman dan perluasan
materi.
Pengembangan
kurikulum 2013 untuk meningkatkan capaian pendidikan dilakukan dengan
dua strategi utama yaitu peningkatan efektivitas pembelajaran pada satuan
pendidikan dan penambahan waktu pembelajaran di sekolah. Efektivitas
pembelajaran dicapai melalui tiga tahapan yaitu efektivitas interaksi,
efektivitas pemahaman, dan efektivitas penyerapan.
1. Efektivitas Interaksi akan terwujud
dengan adanya harmonisasi iklim atau atmosfir akademik dan budaya sekolah .
Iklim atau atmosfir akademik dan budaya sekolah sangat kental dipengaruhi oleh
manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah beserta jajarannya. Efektivitas
Interaksi dapat terjaga apabila kesinambungan manajemen dan kepemimpinan pada
satuan pendidikan. Tantangan saat ini adalah sering dijumpai pergantian
manajemen dan kepemimpinan sekolah secara cepat sebagai efek adanya otonomi
pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh politik daerah;
2. Efektivitas pemahaman menjadi bagian
penting dalam pencapaian efektivitas pembelajaran. Efektivitas pembelajaran
dapat tercapai apabila pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal
siswa melalui observasi (menyimak, mengamati, membaca, mendengar), asosiasi,
bertanya, menyimpulkan dan mengomunikasikan. Oleh karena itu penilaian
berdasarkan proses dan hasil pekerjaan serta kemampuan menilai sendiri;
3. Efektivitas penyerapan dapat
tercipta ketika adanya kesinambungan pembelajaran secara horisontal dan
vertikal.
B.
PENDEKATAN
RAISE DALAM PENYELENGGARAAN KURIKULUM
Pendekatakan adalah
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk
pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum,
di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Pendekatakan RAISE mengandung arti :
R
= Relevance
(Relevansi)
A
= Academic
Atmosphere (suasana akdemik)
I
= Internal management (Pengelolaan internal)
S
= Sustainability (Keberlanjutan)
E
= Efficiency (Efesiensi)
Rencanaa strategi
yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut adalah melalui
pendekatan RAISE sebagai berikut :
1.
Relevansi
Relevansi berarti kesesuaian, dalam hal ini ada
dua jenis relevansi, yaitu pertama relevansi eksternal yaitu kurikulum
hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat baik
dimasa kini maupun prediksi dimasa yang akan datang. Sedangkan relevansi internal adalah ada kesesuaian atau
konsistensi antara komponen-komponen kurikulum (antara tujuan, isi, proses
penyampaian,penilaian dan lain-lain).
Relevansi kurikulum dengan mutu pendidikan
menjadi sangat penting karena Peningkatan relevansi dimaksudkan untuk
menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi
sumber daya alam Indonesia. Sehingga penyempurnaan-penyempurnaan tersebut dapat
dipercaya mampu memberikan solusi atas masalah-masalah pendidikan dan sekaligus
mampu menjawab kebutuhan life skill yang aplikatif dalam dunia kerja.
Peningkatan Relevansi melalui penyusunan perbaikan kurikulum berbasis, pengembangan
kualitas laboratorium dengan menambah jumlah peralatan yang dibutuhkan,
peningkatan kualitas staf akademik melalui pengiriman staf ke jenjang
pendidikan S3 dan pelatihan/magang/training, peningkatan kemampuan berbahasa
Inggris melalui pelatihan dan test TOEFL dan peningkatan soft skills bagi
mahasiswa melalui sistem di luar pembelajaran formal.
Terkait dengan isu strategis Relevansi (Relevance), ditemukan
bahwa mutu lulusan, kemandirian dan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa
inggris bagi lulusan yang rendah disebabkan belum tercapainya materi dan muatan
kurikulum Jaringan dan hubungan dengan industri belum dilakukan secara formal
dan Kurangnya lulusan memiliki jiwa kewirausahaan. Sebuah kurikulum mengacu
pada program didefinisikan dan ditentukan studi, yang siswa
harus dipenuhi untuk dapat lulus tingkat pendidikan
tertentu. Dalam rangka untuk memperoleh tujuan
pendidikan nasional, pemerintah selalu kemajuan dan mengevaluasi
pelaksanaan kurikulum.
Kompetensi terkait dengan relevansi
kebutuhan siswa tentang keterampilan hidup dan akademik. Pengembangan
kurikulum keprihatinan untuk menemukan cara terbaik dan metode untuk
memberikan pendidikan yang baik, output yang baik dan
kualitastinggi ternak dari resourcess manusia. Pada Relevansi kurikulum
ertanyaannya adalah sudah relevankah penerapan kurikulum baru yang
selalu berubah hampir setiap dekade dengan kebutuhan siswa dalam mendukung
kualitas output guna menyelesaikan masalah dalam realitas kehidupannya.
Relevansi kurikulum dengan mutu pendidikan menjadi sangat penting karena
Peningkatan relevansi dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai
dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Sehingga
penyempurnaan-penyempurnaan tersebut dapat dipercaya mampu memberikan solusi
atas masalah-masalah pendidikan dan sekaligus mampu menjawab kebutuhan life
skill yang aplikatif dalam dunia kerja.
Selain pembenahan pada kurikulum nasional,
Departemen pendidikan juga merumuskan bagaimana dapat Peningkatan
efisiensi manajemen pendidikan yang dilakukan melalui penerapan manajemen
berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana,
terarah, dan berkesinambungan. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan
dilaksankan delapan standar
nasional pendidikan, yaitu:
· Standar
isi
· Standar
proses
· Standar
kompetensi lulusan
· Standar
pendidik dan tenaga kependidikan
· Standar
sarana dan prasarana
· Standar
pengelolaan
· Standar
pembiayaan
· Standar
penilaian pendidikan.
Dari sini bisa dipahami
bahwa bukan hanya kurikulum yang membutuhkan evaluasi dan penyempurnaan terus
menerus, tetapi tidak kalah penting juga lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan itu sendiri sebagai cerminan lembaga pendidikan nasional.
2.
Akademic
Atmosphere ( Suasana Akademik)
Suasana
akademik atau sering juga disebut sebagai academic
atmosphere merupakan kondisi yang harus mampu diciptakan untuk membuat
proses pembelajaran di di sekolah maupun perguruan Tinggi berjalan sesuai
dengan visi, misi, dan tujuannya. Suasana akademik menciptakan iklim yang
kondusif bagi kegiatan akademik, interaksi antara guru dan siswa, antara sesama
siswa, maupun antara sesama guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran
Suasana
akademik memang bukan sebuah komponen fisik yang memiliki dimensi yang bisa
diukur dengan suatu tolok ukur yang jelas, namun suasana akademik yang
berkualitas akan mampu dikenali dan dirasakan. Identifikasi serta daya upaya
untuk melakukan perubahan dan perbaikan dari komponen pendukung terbentuknya
suasana akademik yang kondusif akan menghasilkan proses pembelajaran (transformasi-produktif)
yang berkualitas.
Peningkatan
suasana Akademik melalui
peningkatan kualitas dan kuantitas penelitian dari staf akademik yang dapat
melibatkan peserta didik dalam peningkatan kualitas dan kuantitas diberbagai
bidang. Terkait dengan isu strategis Atmosfir
Akademik (Academic Atmosphere), ditemukan bahwa:
· Rendahnya kuantitas dan
kualitas penelitian bersama antara tenaga pendidik dengan peserta didik.
· Media komunikasi sekolah
dengan siswa, jurusan dengan citivitas akademika yang belum memadai.
Atmosfer Akademik
bertujuan untuk membentuk karakter siswa terutama berkaitan dengan nilai-nilai
akademik utama yaitu sikap Ilmiah dan Kreatif. Atmosfer ini dibangun dari
interaksi antar siswa, dari interaksi antara siswa dengan guru, interaksi
dengan orang tua siswa dan juga suasana lingkungan fisik yang diciptakan.
Sikap ilmiah yang
dimaksud adalah sikap yang menghargai hasil-hasil intelektual baik yang berasal
dari dirinya sendiri maupun orang lain, disamping kritis dalam menerima
hasil-hasil intelektual tersebut. Sedangkan Sikap kreatif disini mempunyai
maksud sikap untuk terus-menerus mengembangkan kemampuan memecahkan soal dan
mengembangkan pengetahuan secara mandiri.
Untuk membangun sikap
ilmiah perlu ditanamkan nilai kejujuran (honesty), dan nilai kekritisan
(skeptics). sedangkan untuk membangun sikap kreatif perlu ditanamkan nilai
ketekunan (perseverence), dan nilai keingintahuan (curiosity) selanjutnya
nilai-nilai inti ini perlu diterjemahkan dalam berbagai kode etik yang menjadi
pedoman dalam kegiatan operasional pendidikan sehari-hari, seperti larangan
keras mencontek, dorongan untuk mengemukakan pendapat dan pertanyaan,
penghargaan atas perbedaan pendapat, penghargaan atas kerja keras, dorongan
untuk memecahkan soal sendiri, keterbukaan untuk dikoreksi. aktifitas-aktifitas
ini selanjutnya harus dilakukan setiap hari dan terus dipantau perkembangan
oleh mereka yang diberi kewenangan penuh. suasana akademik yang kondusif
merupakan persyaratan mutlak untuk terjadinya suatu interksi antara guru dan
siswa, sesama guru, dan sesama siswa.
Dalam kurikulum 2013,
rencana mengurangi mata pelajaran mendapat banyak dukungan public karena memang
jumlah mata pelajaran kurikulum SD sampai SMA terlalu banyak. Keinginan ini juga
sejalan dengan kebutuhan anak untuk memperoleh keterampilan di abad ke-21
ini,diantaranya kecakapan hidup dan karier,literasi media dan keterampilan
teknologi informasi.
3.
Internal management (Pengelolaan internal)
Peningkatan
Sistem Manajemen Internal
melalui penataan sistem manajemen informasi yang mendukung kegiatan bidang
akademik dan administrasi terkait dengan pengelolaan. Terkait dengan dengan
isu strategis Manajemen dan
organisasi internal (Internal management and organization), akar permasalahan
yang ditemukan adalah :
· Manajemen data belum berjalan secara baik karena sistem dan
kemampuan pengelolaannya.
· Belum adanya
standarisasi penilaian, mekanisme evaluasi kinerja civitas akademika serta
evaluasi berbasis kepuasan pengguna.
Komitmen untuk meningkatkannya mengarah kepada
suatu penyelenggaraan program pendidikan yang efektif dan efisien, termasuk
diantaranya: Upaya peningkitan kinerja dan motivasi di kalangan staff,
Pembenahan sistem perencanaan dan penganggaran yang mencerminkan prioritas,
Pengembangan sistem dan mekanisme pengawasan internal dan evaluasi, Sistem
prosedur dan pengambilan keputusan yang efisien, Pengurangan birokrasi, serta
Kiat-kiat yang menjamin terjadinya pengelolaan institusi yang transparan dan
pemanfaatnan sumberdaya yang efektif dan efisien.
Pada pengelolaan internal dalam kurikulum 2013
pada saat ini akan mengubah sumber belajar/buku yang didapat dari dua sumber
yaitu :dana alokasi khusus ddan bantuan operasional sekolah (BOS).
4.
Sustainability (Keberlanjutan)
Untuk menunjang Sustainability
pengelolaan dan pengembangan dilakukan
melalui peningkatan kerjasama dengan institusi lain serta peningkatan kualitas
peserta didik baru melalui kegiatan promosi dengan mempromosikan profil
kopetensi untuk meningkatkan jumlah dan kualitas calon peserta didik.
Terkait dengan isu Strategis
Keberlanjutan (Sustainability), ditemukan bahwa: 1) jumlah produk
penelitian yang tepat guna dan berorientasi pada penyelesaian persoalan
industri yang masih rendah dan 2) rendahnya kualitas dan kompetisi calon
mahasiswa. Salah satu isu strategis dalam
pengembangan institusi pendidikan, pada dasarnya terdiri atas tiga hal yang
perlu mendapat perhatian, yaitu: Aspek keberlanjutan yang menjamin eksistensi
institusi (dana operasional yang berhasil didapatkan melalui berbagai sumber),
Aspek keberlanjutan yang menjamin tingkat kualitas yang telah dicapai melalui
program pengembangannya (seberapa banyak good practice yang
diadopsi untuk dilaksanakan pada pelaksanaan kegiatan yang sifatnya rutin dan
berkesinambungan), dan Aspek keberlanjutan atas sumberdaya yang telah diadakan
/invested resources (usaha yang dilakukan oleh institusi tersebut dalam
memelihara dan mempertahankan sumberdaya).
Kini pemerintah sedang
menguji coba kurikulum 2013 guna mematangkan dan lebih menyesuaikan dengan
tuntutan zaman. Kurikulum 2013 ini juga dirancang sebagai upaya untuk
mempersiapkan generasi Indonesia untuk kedapannya, sekaligus memanfaatkan
populasi usia produktif yang jumlahnya sangat melimpah agar terjadi bonus
demografi dan tidak menjadi bencana.
Dalam proses/tahapan
pelaksanaan kurikulum 2013 adalah:
1.
Penyusunan konsep kurikulum 2013
2.
Penulisan buku kurikulum 2013
3.
Pelatihan guru
4.
Pelaksanaaan
5.
Pemdamping
6. Monitoring dan evaluasi
Oleh karena itu untuk dapat melaksanakan aspek keberlanjutan dan
menjamin eksistensi institusi,menjamin tingkat kualitas yang telah dicapai
melalui program dan atas sumberdaya yang telah diadakan. Kurikulum 2013 telah
mempersiapkan semua ini demi generasi emas Indonesia.
5.
Efficiency and productivity ( Efisien dan produktivitas)
Suatu
kegiatan efisien bila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan penggunaan
atau pemakaian sumber dana yang minimal. Efisiensi juga merupakan perbandingan
antara input dan output, tenaga dan hasil, perbelanjaan dan
masukan, biaya serta kesenangan yang dihasilkan.
Peningkatan Efisiensi dan produktifitas melalui
peningkatan proses belajar-mengajar, bahan ajar, media pengajaran dan akses
akademik peserta didik untuk menjamin mutu pelaksanaan kurikulum yang berbasis
kompetensi.
Terkait dengan isu
strategis Efisiensi (Efficiency),
permasalahan yang ada adalah efisiensi dan efektifitas proses belajar mengajar
di kelas maupun laboratorium masih rendah, akar permasalahan yang ditemukan
penguasaan peserta didik terhadap pemakaian dan fungsi peralatan laboratorium
masih rendah.
Produktivitas dalam dunia pendidikan
berkaitan dengn keseluruhan proses penataan dan penggunaan sumber daya untuk
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Seiring dengan
bertambahnya waktu, semakin besar pula modal untuk pendidikan. Sekolahpun menjadi
semakin berkembang karena semakin besarnya tuntutan pendidikan yang harus
dikembangkan.
Thomas mengemukakan bahwa
produktivitas pendidikan dapat ditinjau dari tiga dimensi, yaitu :
a. Meninjau produktivitas dari segi
keluaran administratif, yaitu seberapa besar dan seberapa baik layanan yang
dapat diberikan dalam suatu proses pendidikan.
b. Meninjau produktivitas dari segi
keluaran perubahan perilaku, yaitu dengan melihat nilai-nilai yang diperoleh
peserta didik sebagai suatu gambaran dari prestasi akademik yang telah
dicapainya dalam periode tertentu.
c. Melihat produktivitas sekolah dari
keluaran ekonomois yang berkaitan dengan pembiayaan layanan pendidikan di
sekolah, hal ini mencakup “harga” layanan yang diberikan (pengorbanan atau
cost) dan “perolehan” yang ditimbulkan oleh layanan itu atau disebut
“peningkatan nilai balik”.
Pada
kurikulum 2013,mata pelajaran yang digunakan lebih efektif karena jumlah mata
pelajaran diperkecil dan penambahan jumlah jam pelajaran. Sehingga dalam
kegiatan belajar mengajar lebih berfokus dan lebih efisiensi dari pada
kurikulum KTSP. Dan juga beban guru lebih berkurang pada kurikulum 2013 ini
guru hanya mempersiapkan RPP harian saja dan selebihnya sudah disediakan pusat.
Namun terkait sarana prasarana yang harus disiapkan pemerintah belum sepenuhnya
terpenuhi karena masih banyak sekolah yang belum terjangkau oleh pemerintah.
Kurikulum ini bisa menjadi efektif dan efisiensi dari pada kurikulum sebelumnya
jika semua sekolah sudah benar-benar siap menerapkan kurikulum tersebut.
C. SOLUSI PROGRAM UNTUK MELAKSANAKAN RAISE
Beberapa
alternatif solusi yang diperoleh akan dipilih solusi untuk dilaksanakan sebagai
program pengembangan. Pemilihan alternatif solusi dilakukan dengan
memperhatikan prinsip bahwa program tersebut harus dan dapat dilakukan meskipun
dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Program-program tersebut
dikelompokkan sebagai berikut:
1.
Program peningkatkan Relevansi (Relevance) melalui
aktivitas Meningkatkan mutu lulusan dalam memasuki dunia kerja.
Akar
permasalahan utama adalah kompetensi keilmuan yang rendah. Hal ini disebabkan
kurangnya pencapaian materi yang disampaikan serta muatan kurikulum yang belum
menyentuh persoalan lapangan kerja. Alternatif solusi yang tepat untuk
mengatasinya adalah memperbaiki kualitas pengajaran dan melakukan perubahan dan
perbaikan muatan kurikulum dan silabus.
Alasan
yang dapat dikemukakan mengapa evaluasi dan perbaikan pengajaran serta
perubahan muatan kurikulum dan silabus diiringi peningkatan kemampuan bahasa
inggris sebagai usulan aktifitas adalah karena dengan perbaikan pengajaran
tentu akan berpengaruh terhadap kemampuan peserta didik untuk menerima materi
sesuai dengan muatan kurikulum. Sedangkan perubahan muatan diharapkan materi
pengajaran dapat terus mengikuti perkembangan teknologi dan kebutuhan industri.
Tujuan
yang ingin dicapai adalah meningkatkan mutu lulusan melalui peningkatan
kualitas pengajaran, perubahan muatan kurikulum dan peningkatan kemampuan
bahasa inggris.
2.
Program peningkatkan Atmosfir Akademik (Academic
Atmosphere) melalui aktivitas: Meningkatkan Interaksi tenaga pendidik/guru
dengan peserta didik melalui peningkatan Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat bersama.
Dengan
peningkatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta publikasi ilmiah
bersama antara dosen dan mahasiswa dapat dipastikan akan dapat meningkatkan
interaksi dosen dan mahasiswa serta akan menjadi muara dalam berbagai aktifitas
ilmiah keilmuan terkait di luar perkuliahan.
3.
Program peningkatan Manajemen dan organisasi internal (Internal
management and organization) melalui aktivitas : Mengembangkan Basis Data
dan Sistem Informasi Manajemen.
Tujuan
kegiatan ini adalah terwujudnya sistem informasi dan basis data sehingga
diharapkan dapat memonitor kemajuan studi mahasiswa, tersedianya basis data
akademik dan sumber daya yang akurat, tersedianya media interaktif antar
seluruh sumber daya.
4. Program peningkatan Efesiensi (Efficiency) melalui
aktivitas: Meningkatkan Efisiensi dan Produktifitas Proses Belajar Mengajar.
1. Peningkatan dan pengembangan mutu akademik
a.
Mengembangkan proses
pembelajaran yang bermutu untuk menghasilkan lulusan berdaya saing yang
memiliki jiwa disiplin, kejuangan, dan kreativitas.
b.
Memfasilitasi staf
akademik untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengajar baik dalam penguasaan
materi ajar maupun metode pengajarannya sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi pendidikan.
c.
Mengembangkan program
pembelajaran inovatif untuk mendorong sikap kemandirian dan bertanggungjawab
dalam atmosfir akademik yang kondusif.
d.
Meningkatkan mutu
pendidikan melalui pengembangan sistem pembelajaran berbasis ICT.
e.
Mengembangkan kurikulum
berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan aspek relevansi tanpa meninggalkan
prinsip dasar dan nilai universitas.
f.
Mendorong dan
memfasilitasi staf pengajar untuk menyusun dan menerbitkan buku ajar yang
bermutu.
g.
Mengadakan kerjasama
yang produktif dan saling menguntungkan.
h.
Merancang program
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan di bidang pengembangan kemampuan tenaga
pendidik secara individu dan berkelompok dalam mengelola proses pembelajaran.
i.
Mendorong terciptanya
suasana kondusif, melalui kegiatan-kegiatan pemasyarakatan budaya akademik.
j.
Membantu menyelesaikan
persoalan berkait dengan perancangan pembelajaran.
2.
Pengembangan Manajemen Internal dan Organisasi
a.
Menguatkan organisasi.
b.
Mengembangkan sistem
manajemen internal termasuk di dalamnya penyempurnaan mekanisme keorganisasian
seperti pengembangan SOP dan tertib administrasi serta modernisasi proses
administrasi internal khususnya yang berkaitan dengan bidang akademik.
c.
Mengembangkan suasana
kerja akademik yang mendorong tumbuhnya daya kreasi, inovasi, kinerja dan etos
kerja tinggi.
d.
Mengembangkan sistem
penjaminan mutu akademik secara terintegrasi dan berkelanjutan melalui
pelaksanaan evaluasi diri yang terintegrasi untuk mencapai standar nasional
pendidikan.
e.
Menyelenggarakan program
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan
proses pembelajaran.
f.
Menyelenggarakan
pelatihan metodologi proses pembelajaran mutakhir dengan menggunakan teknologi
pendidikan untuk meningkatkan kemampuan tenaga pendidik dalam penguasaan
teknologi mutakhir khususnya yang terkait dengan proses pembelajaran.
3.
Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas Bidang Akademik
a.
Mengoptimalkan
pendayagunaan sarana dan prasarana pembelajaran.
b.
Menguatkan organisasi
melalui perekrutan sumberdaya manusia yang kompeten dan memiliki komitmen
tinggi di bidang pendidikan.
c.
Mengupayakan peroleh
dana yang bersumber dari luar institusi (berupa hibah pendidikan dsb).
d.
Mengembangkan
sistem reward and punishment.
e.
Memperluas/menambah
sarana fisik termasuk ruang kantor dan studio pembelajaran sampai pada rasio
yang ideal dan mampu menampung aktivitas yang ada, termasuk pengelolaan hibah.
f.
Melaksanakan perawatan
rutin terhadap fasilitas pendukung kegiatan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis kompetensi (outcomes-based curriculum) oleh karena itu pengembangannya
dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan. Dalam konstruk dan isinya
Kurikulum 2013 mementingkan terselenggaranya proses pembelajaran secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif. Proses belajar yang dilakukan dengan menggunakan berbagai
pendekatan dengan penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk.
Pendekatakan adalah
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk
pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum,
di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
R = Relevance (Relevansi)
A
= Academic
Atmosphere (suasana akdemik)
I =
Internal
management (Pengelolaan
internal)
S = Sustainability (Keberlanjutan)
E = Efficiency (Efesiensi)
B. Saran
Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan banyak kekurangannya. Untuk itu penulis sangat berharap sekali setelah
makalah ini di baca, pembaca memberikan kritik maupan saran kepada penulis agar
penulis dapat memperbaiki penulisan makalah penulis dilain waktu. Terutama bagi
dosen pembimbing yang menugaskan pembuatan makalah ini, penulis sangat berharap
kritikan dari bapak agar penulisan makalah yang selanjutnya bisa menjadi lebih
baik lagi. Penulis mohon maaf atas kesalahan maupun kekurangan dari penulisan
makalah ini dan penulis mengucapkan terimakasih atas kritikan yang membangun
yang diberikan oleh ibu dosen maupun pembaca lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Dakir, H. 2004. Perencanaan Dan Pengembangana Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Teori
dan Praktik Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
http://fitrianowelis.blogspot.com/2013/09/pendekatan-raise-dalam-kurikulum.html
0 Response to "PENDEKATAN RAISE"
Post a Comment
Jika bermanfaat, Silahkan Tinggalkan Komentarnya :)