SEJARAH PERKEMBANGAN PERPUSTAKAAN



Sejarah Perkembangan Perpustakaan
    Pengertian perpustakaan
Perpustakaan merupakan tempat terkumpulnya bahan pustaka baik tercetak maupun terekam yang dikelola secara teratur dan sistematis, disamping itu perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil bidaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan bangsa dan menunjang pelaksanan pembangunan nasional. Hal ini tertuangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 45 (ayat 1) yang menyebutkan bahwa Setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan saraana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi pisik, kecerdasan intelektual, soosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Sarana yang dimaksud meliputi perpustakaan, laboratorium,dan sarana lain untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar,berdasarkan hal tersebut, guna memberikan layanan secara merata kepada masyarakat untuk memanfaatkan perpustakan sebagai sumber informasi dan pengetahuan yang berhasil guna dan berdaya guna.
Perpustakan harus mempunyai daya tarik baik lokasinya, koleksi dan tega yang profesional. Perpustakaan secara umum adalah institusi mengumpulkan bahan pustaka dan pengelola koleksi karya tulis, karya cetak dan/atau karya rekam secara professional dengan system yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian , informasi dan rekreasi para pemustaka atau tempat mengumpulkan bahan pustaka baik tercetak maupun terekam yang dikelola secara teratur dan sistematis untuk didayagunakan oleh Pemustaka.sedangkan yang dimaksud Perpustakaan Sekolah adalah suatu unit kerja yang berada pada lembaga pendidikan sekolah, yang merupakan bagian integral dari sekolah dan merupakan sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah.
Perpustakaan menyediakan tempat atau ruang serta sarana untuk kegiatan belajar masyarakat dan pengguna perpustakaan yang tenang, nyaman, sehingga pengguna betah belajar di perpustakaan. Dengan demikian dapat mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca pada masyarakat pengguna perpustakaan maupun masyarakat luas pada umumnya.
Pengertian perpustakaan menurut M. Sabirin Nasutionadalah sebagai berikut:
“Perpustakaan adalah suatu unit kerja yang bertugas mengumpulkan, menyimpan, memelihara dan mengelola  pememfaatan bahan pustaka, dengan mempergunakaan sistem tertentu untuk tujuan bacaan ataupun penelitian”.
B.        Sejarah Perpustakaan secara Umum
1.  Perpustakan Zaman Kuno
Sebenarnya perpustakaan bukan sesuatu hal yang baru, tetapi perpustakaan telah timbul sejalan dengan sejarah perkembangan sejarah manusia di atas dunia ini sejak beribu tahun yang lalu.
                        a)         Asyria, Babylonia, Mesopotamia
Dari hasil penyelidikan yang didapat diketahui bahwa sejak berabad-abad pepustakaan sudah dipandang sebagai faktor sosial yang penting. Kita kenal bahwa setiap peradaban manusia di dunia ini mempunyai suatu tradisi atau adat kebiasan untuk mengumpulkan buku-buku atau bacaan lainnya.
Perpustakaan tertua yang mempunyai peninggalan sejarah yang penting didirikan dalam abad ke 7 SM. Oleh seorang raja Asyria yang bernama Asurbanipal (668-633) di kota Niniveh. Bahan-bahan bacaan yang di pergunakan ialah tablet-tablet tanah liat, yang berisi atau memuat cap, pokok persoalan dan terdapat pula penunjukan-penunjukan kepada sumber-sumber dan di mana pustaka itu bisa di temukan dalam perpustakaan.
Asurbanipal adalah raja yang berpendidikan dan menaruh minta yang besar terhadap perkembangan kesusastraan dan kebudayaan negerinya dengan jalan memcoba menyumpulkan hasil-hasil sastra Asyria.
b)       Mesir, Alexandria
Di Mesir perpustakaan telah lama di kenal orang. Suatu bukti yaitu dengan adanya sebuah perpustakaan mesir milik Raja Ramses. Perpustakaan kuno yang sangat termansyur di mesir ialah perpustakaan yang didirikan di Alexandria oleh raja Ptolemey (ptolemaeus) Soter (322-285 SM) raja pertama dinasti Diadoch. Perpustakaan ini menjadi sangat besar di bawah para penggantinya Ptolemey Philadelphus (285-247SM) dan Ptolemey Eurgetes ( 247-221 SM).
Perpustakaan tersebut dibangun Ptolemey dengan maksud mengumpulkan dan memelihara selengkapnya semua karya kesusastraan Yunani. Betapa perntingnya perpustakaan di mesir pad waktu itu ditandai dengan diketahuinya beberapa orang yang bekerja di sana seperti: Zenodotus, Erastothenes, Aristophanes, Aristarchus, Callimachus dan Apollonius sekitar abad tiga dan dua SM.
Koleksi yang dimiliki pepustakan Alexsandria kira-kira 490000 gulungan pada masa Callimachus dan kira-kira 700000 gulungan pada masa Caesar yang sebagian disimpan di Museum istana, yaitu Bruchin sebanyak 4900 rol dan 42000 rol disimpan di Seapium yang merupakan anak perpustakaan.
Bahan perpustakan yang dipergunakan di mesir adalah papyrus, semacam tumbuh-tumbuhan yang hidup subur di rawa-rawa sepanjang sungai Nil. Perkembang perpustakaan di Mesir sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan perpustakaan di Yunani purba, Aristoteleslah (384-422 SM) yang mengajar raja-raja Mesir untuk mendidikan perpustakaan.
c)       Pergamun
Setelah perpustakan di Alexsandria, muncullah perpustakaan di Pergamun yang didirikan oleh dinasti Attalid. Pada masa pemerintahan dinasti Attalid kota Pergamun sangat termansur di kota kecil dan di seluruh dunia lama karena hasil seni dan kebudayaannya. Dengan adanya embargo papyrus dari mesir, menyebabkan para ahli dan raja di Pergamun berusaha mencari bahan lain, akhirnya ditemukan bahan yang mutunya lebih baik dari papyrus ialah parchemen atau parkemen yang dibuat dari kulit binatang.
Seperti halnya di Alexsandria, di pergamunpun didapati orang katalogus-katalogus serta penyusunnan buku-buku denag teratur. Dari peninggalan sejarah ditemukan ruang-ruang besar untuk perpustakaan yang dihiasi patung-patung pengarang terkenal sperti Hoker, Alcaeeus, Herodotos, dan Timotheus.
d)       Yunani (Pra-Hellinisme)
Di Yuanani masa penyair keliling (penipu lara) menuturkan kisahnya dari kota kekota kepada raja-raja yang berkuasa, kesusastraan yang tertulis belum ada. Bahkan pada masa perang Persia bukti adanya perpustakaan tidak terdapat. Aulus Gellias mencatat pada abad ke 3 SM. Bahwa Pisasratus tyran dari pertama dan menyatakan bahwa perpustakan tersebut dipindahkan ke Persia oleh Xerxes I (485-465) dan kemudian dikembalikan ke Athena oleh Seleucus I raja dari kekaisaran Seleucid (306-280).
e)       Roma
Perpustakan yang ada di Roma pada waktu itu adalah perpustakan perorangan yamg sebagian besar terdiri dari hasil rampasan perang dan bisanya mereka adalah panglima-panglima perang. Yulias Caesar adalah orang pertama-tama menganjurkan didirikannya perpustakaan umum di Roma. Varro (116-27 SM) memulai rencana-renacana dan menulis karya-karyanya mengenai perpustakaan, tetapi perang saudara menghambat pekerjaannya.
Perpustaakan Augustus di candi Apolo di bukit Palatino memamerkan koleksi Yunani yang di kumpulkan oleh Pompeius yang diawasi oleh Dalmatia. Perpustakan yang kedua di Porticus Octavianus antara bukit Capitoline dan Tiber di awasi oleh Gayus Melissus. Bibliotheca Ulpia milik Trajan melukiskan kecendrungan pendirian perpustakaan-perpustakaan pada serambi candi-candi dan disini ada pembagian karya-karya Yunani dan Latin, juga patung-patung badan pengarang-pengarang terkenal menghiasi didinding-dinding perpustakaan. Perpustakaan umum menjadi ciri khas di kota-kota lama di Italia dan provinsi-provinsi lainya.
2)  Perpustakaan pada Abad Pertengahan
Abad pertengahan di tandai dengan runtuhnya peradaban kebudayaan Romawi dan timbul serta berkembangnya peradaban dan kebudayaan Nasrani. Para ahli sejarah tidak memberikan batasan yang tegas bila berakhirnya abad lama dan mulainya abad pertengahan, hanya dikatakan bahwa masa perubahan terjadi kira-kira 500 tahun. Orang orang Nasrani di seluruh kerajaan Romawi (Alexsandria, Caesaria, Yerussalem, carthago) di kumpulkan dalam gereja-gerajanya tulisan yang bersifat Nasrani. Cara seperti ini kemudian ditiru di hampir semua perpustakan gereja Nasrani di Eropa.
Di Inggris, Benedico bishop (628-690 M) menanamkan peranan yang penting dalam pembentukan perpustakaan di tempat-tempat seperti Yort, Canterbury, Wearmouth, dan Jarrow. Di Prancis, perpustakaan gereja yang tua diperbarui dan perpustakan-perpustakan baru banyak didirikan di seluruh kerajaan prancis. Di Jerman, Otto I (936-973) selama masa pemerintahanya selalu di kelilingi oleh buasnya para cerdik-cendikiawan yang pengarungnya dapat dirasakan dalam gereja-gereja Jerman. Sedangkan Perpustakaan biara mencapai puncaknya pada abad ke 10 dan 11.
Ciri-ciri Perpustakaan Abad Pertengahan
1.       Stock Buku
a. Menerima manuskrip keagaman dari gerejanya.
b. Menerima hadiah dari pendeta-pendeta baru
c. Menerima sumbangan dari siswa-siswa yang belajar disana.
d. Berupa peninggalan dari pendeta yang sudah meninggal dunia
e. Tukar menukar manuskrip diantara lembaga-lembaga keagamaan
f. Melalui pembelian
2.       Penyusunan Koleksi
Biasanya digolong-golongkan berdasarkan pokok soal:
a. Golongan kitap-kitap suci (bibilia sacra atau di vina)
b. Karya-karya pendeta
c. Karya-karya keagamaan lainya
3.       Peminjaman
Peminjaman buku seringkali dilakukan dengan aturan yang sangat keras yang dikerjakan oleh librarius yang menyimpan daftar buku yang dipinjam. Misalnya suatu transaksi peminjaman buku-buku di sebuah Ecole de Medicine di paris.
3. Zaman Renaisance
Zaman renaissance abad ke 12 ditandai dengan timbulnya kembali perhatian untuk menyelidiki kebudayaan Yunani dengan pembahasan kembali ilmu-ilmu pengetahuan dalam bahasa latin.
Di Prancis dari abab 11 smpai abad 13, Char, Paris dan Orlean menjadi pusat-pusat perkembangan intelek. Abad ke 13 yang disebub juga abad scholastic, maka buku-buku pelajaran diproduksi secara besar-besaran. Pertumbuhan renaissance di percepat lagi dengan di temukannya alat cetak-mencetak oleh Johan Gutemberg dari jerman abad 15.
Italia menjadi pusat Negara Barat dalam dunia buku. Roma, Florence dan Naples menjadi pusat perpustakaan. Di Florence, Cosimo d Medici (1489-1464) mendirikan perpustakan-perpustakaan medici yang besar.
C.        Sejarah Perpustakaan di Indonesia
Sejarah perpustakaan di Indonesia tergolong masih muda jika dibandingkan dengan negara Eropa dan Arab. Jika kita mengambil pendapat bahwa sejarah perpustakaan ditandai dengan dikenalnya tulisan, maka sejarah perpustakaan di Indonesia dapat dimulai pada tahun 400-an yaitu saat lingga batu dengan tulisan Pallawa ditemukan dari periode Kerajaan Kutai. Musafir Fa-Hsien dari tahun 414M menyatakan bahwa di kerajaan Ye-po-ti, yang sebenarnya kerajaan Tarumanegara banyak dijumpai kaum Brahmana yang tentunya memerlukan buku atau manuskrip keagamaan yang mungkin disimpan di kediaman pendeta.

     Pada sekitar tahun 695 M,, di Ibukota Kerajaan Sriwijaya hidup lebih dari 1000 orang biksu dengan tugas keagamaan dan mempelajari agama Budha melalui berbagai buku yang tentu saja disimpan di berbagai biasa.Di pulau Jawa, sejarah perpustakaan tersebut dimulai pada masa Kerajaan Mataram. Hal ini karena di kerajaan ini mulai dikenal pujangga keraton yang menulis berbagai karya sastra. Karya-karya tersebut seperti Sang Hyang Kamahayanikan yang memuat uraian tentang agama Budha Mahayana. Menyusul kemudian sembilan parwasari cerita Mahabharata dan satu kanda dari epos Ramayana. Juga muncul dua kitab keagamaan yaitu Brahmandapurana dan Agastyaparwa. Kitab lain yang terkenal adalah Arjuna Wiwaha yang digubah oleh Mpu Kanwa. Dari uraian tersebut nyatabahwa sudah ada naskah yang ditulis tangan dalam media daun lontar yang diperuntukkan bagi pembaca kalangan sangat khusus yaitu kerajaan. Jaman Kerajaan Kediri dikenal beberapa pujangga dengan karya sastranya. Mereka itu adalah Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang bersama-sama menggubah kitab Bharatayudha. Selain itu Mpu panuluh juga menggubah kitab Hariwangsa dan kitab Gatotkacasrayya. Selain itu ada Mpu Monaguna dengan kitab Sumanasantaka dan Mpu Triguna dengan kitam resnayana. Semua kitab itu ditulis diatas daun lontar dengan jumlah yang sangat terbatas dan tetap berada dalam lingkungan keraton.

Periode berikutnya adalah Kerajaan Singosari. Pada periode ini tidak dihasilkan naskah terkenal. Kitab Pararaton yang terkenal itu diduga ditulis setelah keruntuhan kerajaan Singosari. Pada jaman Majapahit dihasilkan dihasilkan buku Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Sedangkan Mpu Tantular menulis buku Sutasoma.

Pada Kegiatan penulisan dan penyimpanan naskah masih terus dilanjutkan oleh para raja dan sultan yang tersebar di Nusantara. Misalnya, jaman kerajaan Demak, Banten, Mataram, Surakarta Pakualaman, Mangkunegoro, Cirebon, Demak, Banten, Melayu, Jambi, Mempawah, Makassar, Maluku, dan Sumbawa. Dari Cerebon diketahui dihasilkan puluhan buku yang ditulis sekitar abad ke-16 dan ke-17. . Perpustakaan mulai didirikan mula-mula ntuk tujuan menunjang program penyebaran agama mereka. Berdasarkan sumber sekunder perpustakaan paling awal berdiri pada masa ini adalah pada masa VOC (Vereenigde OostJurnal Pustakawan Indonesia volume 6 nomor 160 Indische Compaqnie) yaitu perpustakaan gereja di Batavia (kini Jakarta) yang dibangun sejak 1624. pada abad ke-17 Indonesia sudah mengenal perluasan jasa perpustakaan (kini layanan seperti ini disebut dengan pinjam antar perpustakaan atau interlibrary loan).

Lebih dari seratus tahun kemudian berdiri perpustakaan khusus di Batavia. Pada tanggal 25 April 1778 berdiri Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW) di Batavia. Bersamaan dengan berdirinya lembaga tersebut berdiri pula perpustakaan lembaga BGKW. Pendirian perpustakaan lembaga BGKW tersebut diprakarsai oleh Mr. J.C.M. Rademaker, ketua Raad van Indie (Dewan Hindia Belanda). Ia memprakarsai pengumpulan buku dan manuskrip untuk koleksi perpustakaannya. Perpustakaan ini kemudian mengeluarkan katalog buku yang pertama di Indonesia.

Pada tahun 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia dan namanyapun diubah menjadi Museum Pusat. Koleksi perpustakaannya menjadi bagian dari Museum Pusat dan dikenal dengan Perpustakaan Museum Pusat. Nama Museum Pusat ini kemudian berubah lagi menjadi Museum Nasional, sedangkan perpustakaannya dikenal dengan Perpustakaan Museum Nasional. Pada tahun 1980 Perpustakaan Museum Nasional dilebur ke Pusat Pembinaan Perpustakaan. Perubahan terjadi lagi pada tahun 1989 ketika Pusat Pembinaan Perpustakaan dilebur sebagai bagian dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Perkembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia dimulai pada awal tahun 1920an. Mengikuti berdirinya sekolah tinggi, misalnya seperti Geneeskunde Hoogeschool di Batavia (1927) dan kemudian juga di Surabaya dengan STOVIA; Technische Hoogescholl di Bandung (1920), Fakultait van Landbouwwentenschap (er Wijsgebeerte Bitenzorg, 1941), Rechtshoogeschool di Batavia (1924), dan Fakulteit van Letterkunde di Batavia (1940). Setiap sekolah tinggi atau fakultas itu mempunyai perpustakaan yang terpisah satu sama lain.

Di samping perpustakaan yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda, sebenarnya tercatat juga perpustakaan yang didirikan oleh orang Indonesia. Pihak Keraton Mangkunegoro mendirikan perpustakaan keraton sedangkan keraton Yogyakarta mendirikan Radyo Pustoko. Sebagian besar koleksinya adalah naskah kuno. Koleksi perpustakaan ini tidak dipinjamkan, namun boleh dibaca di tempat. Pada masa penjajahan Jepang hampir tidak ada perkembangan perpustakaan yang berarti. Jepang hanya mengamankan beberapa gedung penting, di antaranya Bataviaasch Genootschap van Kunten Weetenschappen. Selama pendudukan Jepang openbareleeszalen ditutup. Volkbibliotheek dijarah oleh rakyat dan lenyap dari permukaan bumi. Karena pengamanan yang kuat pada gedung Bataviaasch Genootschap van Kunten Jurnal Pustakawan Indonesia volume 6 nomor 162 Weetenschappen, maka koleksi perpustakaan ini dapat dipertahankan, dan merupakan cikal bakal dari Perpustakaan Nasional.

Perkembangan pasca kemerdekaan mungkin dapat dimulai dari tahun 1950an yang ditandai dengan berdirinya perpustakaan baru. Pada tanggal 25 Agustus 1950 berdiriperpustakaan Yayasan Bung Hatta dengan koleksi yang menitikberatkan kepada pengelolaan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Indonesia. Tanggal 7 Juni 1952 perpustakaan Stichting voor culturele Samenwerking, suatu badan kerjasama kebudayaan antara pemerintah RI dengan pemerintah Negeri Belanda, diserahkan kepada pemerintah RI. Kemudian oleh Pemerintah RI diubah menjadi Perpustakaan Sejarah Politik dan Sosial Departemen P & K.

Dalam rangka usaha melakukan pemberantasan buta huruf di seluruh pelosok tanah air, telah didirikan Perpustakaan Rakyat yang bertugas membantu usaha Jawatan Pendidikan Masyarakat melakukan usaha pemberantasan buta huruf tersebut. Pada periode ini juga lahir Perpustakaan Negara yang berfungsi sebagaiperpustakaan umum dan didirikan di ibukota provinsi. Perpustakaan Negara yang pertama didirikan di Yogyakarta pada tahun 1949, kemudian disusul Ambon (1952); Bandung (1953); Ujung Pandang (Makassar) (1954); Padang (1956); Palembang (1957); Jakarta (1958); Palangkaraya, Singaraja, Mataram, Medan, Pekanbaru dan Surabaya (1959). Setelah itu menyusul kemudian Perpustakaan Nagara di Banjarmasin (1960); Manado (1961); Kupang dan Samarinda (1964). Perpustakaan Negara ini dikembangkan secara lintas instansional oleh tiga instansi, yaitu Biro Perpustakaan Departemen P & K yang membina secara teknis, Perwakilan Departemen P & K yang membina secara administratif, dan pemerintah daerah tingkat provinsi yang memberikan fasilitas.
Berikut adalah sejarah perpustakaan Indonesia seperti yang dikutip anneahira.com
1)      Masa kerajaan
        Sebenarnya tidak ada bukti atau catatan khusus mengenai perpustakaan di zaman kerajaan kuno. Namun banyak yang berasumsi bahwa di masa kerajaan telah terdapat semacam tempat untuk menyimpan dan mengoleksi buku, catatan, atau apapun yang dianggap sebagai informasi pada zaman tersebut.
2)      Masa Hindia-Belanda
Di zaman ini mulai muncul perpustakaan-perpustakaan di Indonesia. Contohnya adalah sebagai berikut:
a)     Perpustakaan di gereja yang ada di Batavia (1624), diduga adalah   perpustakaan tertua yang tercatat di sejarah Indonesia.
b)     Perpustakaan Batavia (sekarang Museum Nasional RI) yang berdiri tahun   1778.
c)     Perpustakaan di sekolah-sekolah, misalnya di Stovia.
d)     Perpustakaan di Kraton Mangkunegoro yang menyediakan naskah atau      catatan kuno dan hanya bisa dibaca di tempat (tidak boleh dipinjam)
   3)     Masa penjajahan Jepang
  Di zaman ini, hampir seluruh perpustakaan yang ada di Indonesia ditutup olehJepang, baik perpustakaan umum maupun perpustakaan yang ada di  sekolah-sekolah.
4)  Masa kemerdekaan-sekarang
                Pemerintah Indonesia mendirikan berbagai perpustakaan, termasuk taman baca                 
         yang    dimaksudkan untuk mencerdaskan rakyat Indonesia.                    

0 Response to "SEJARAH PERKEMBANGAN PERPUSTAKAAN"

Post a Comment

Jika bermanfaat, Silahkan Tinggalkan Komentarnya :)