BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka pemecahan masalah
penyelenggaraan sistem pendidikan di tanah air, pemerintah dengan Departemen Pendidikan
telah mengeluarkan berbagai kebijaksanaa. Diantara kebijakan tersebut
kronologis semenjak orde baru (1966)
adalah 1). Diberlakukannya kurikulum 1968, kurikulum 1875, dan kurikulum 1984.
2). Diperkenalkannya dan dibukanya sistem sekolah/universitas terbuka (SMP
Terbuka & Universitas Terbuka, 3). Diberlakukannya landasan
legalistik/hukum sistem pendidikan nasional (UU No. 1989 tentang SPN), 4).
Diperkenalkan dan dibukanya kelas
(sekolah unggul), 5). Dibakukannya kurikulum 1994 di sekolah.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut
tentu didasari oleh rasional tertentu, karena seperti yang kita ketahui bahwa Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Menurut, S. Nasution (dalam Jumari (2007) menyebutkan
bahwa perubahan kurikulum mengikuti dua prosedur, yaitu Administrative
approach dan grass roots approach. Administrative approach,
yaitu suatu perubahan atau pembaharuan yang direncanakan oleh pihak atasan
untuk kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai kepada
guru-guru, jadi from the top down, dari atas ke bawah, atas inisiatif
para administrator. Yang kedua, grass roots approach, yaitu yang dimulai
dari akar, from the bottom up, dari bawah ke atas, yakni dari pihak guru
atau sekolah secara individual dengan harapan agar meluas ke sekolah-sekolah
lain.
B. Rumusan Masalah
Atas
dasar itu, penulis dapat menemukan problematika
pokok dalam pembahasan makalah ini, yaitu :
.
C.
Tujuan
Adapun tujuan mempelajari makalah ini adalah supaya
anda dapat mengemukakan rasional:
1. Diberlakukan ( dibakukannya )
kurikulum 1968 di sekolah
2. Diberlakukan ( dibakukannya )
kurikulum 1975 di sekolah
3. Diberlakukan ( dibakukannya )
kurikulum 1994 di sekolah
4. Diperkenalkan dan dibukanya SMP T
5. Diperkenalkan dan di bukanya UT
6. Diberlakukannya UU No.2 1989 tentang
SPN
7. Diberlakukannya kurikulum 1994 di
sekolah
8. Diperkenalkan dan dicobakannya kelas
unggul dalam sistem perekolahan menengah
D. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan
melalui penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagi siswa
a. Bagi siswa
Dapat memberikan pengalaman belajar
yang menarik, karena siswa dilibatkan secara langsung dalam proses belajar
mengajar dan mempunyai kesempatan yang banyak untuk dapat mengemukakan
pendapat, tanggapan dan pertanyaan selama kegiatan berlangsung.
b. Bagi guru
b. Bagi guru
Timbulnya kesadaran untuk
menumbuhkan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran sehingga kegiatan belajar
mengajar menarik minat siswa.
c.
Bagi peneliti
peneliti
untuk menambah pengetahuan dan wawasan motivasi dan prestasi belajar.
d.
Bagi Sekolah
Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam memperkaya model
pembelajaran yang diterapkan guru di sekolah yang bersangkutan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Kurikulum
1968
Kurikulum
pada orde lama ( sebelum 1966 ) masih dalam mencari bentuk yang khas nasional.
semenjak mardeka sampai dengan ditetapkannya UU No.12 th 1954 tentang
pendidikan sekolah.pendidikan kita masih berada pada tahap penyempurnaan
kurikulum masa penjajahan ( Balanda dan Jepang ).sejarah pendidikan mencatat
bahwa paa ea orde lama ( tahun 1950 sampai 1965 ) materi pelajaran yang utama
adalah tujuh bahan pokok ( indaktrinasi).pada masa orde baru yaitu mulai tahun
1966( setelah terjadi tragedy nasional pada tahun 1965 ) materi tujuh bahan
pokok ditiadakan dan materi pendidikan moral pancasila ( PMP ) menjadi materi
pokok dalam kurikulum pada semua jenis dan jenjang pendidikan ditambah dengan
P4. Kurikulum secara keseluruhan terus dibanahi sehingga lahirlah kurikulum
1968.kurikulum pertama dalam system pendidikan di Negara RI ini.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat
politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde
Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968
menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. Hanya memuat mata
pelajaran pokok-pokok saja, katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis,
tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada
materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
a. Karakteristik kurikulum 1968
Kurikulum 1968
merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan
struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen, dan Mata
pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok.
b. Kelebihan
Kurikulum 1968
Pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat
dan kuat
c. Kekurangan Kurikulum 1968
1. Hanya memuat mata pelajaran pokok
saja.
2. Muatan materi pelajaran bersifat
teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan.
B.
Kurikulum
1975/76
Kurikulum
ini merupakan penyempurnaan ( pembaharuan kurikulum 1968 ) kurikulum ini
berorientasi pada hasil ( product oriented ) dengan pendekatan prosedur
pengembangan sisitim instruksional (PPSI). Kegiatan belajar mengajar (KBM)
dibaca untuk tercapainya tujuan pendidikan / pengajaran yang ditetapkan.
Kegiatan tersebut kadang-kadang mengabaikan kaedah-kaedah proses pendidikan
(penyelenggaraan KBM) yang semestinya.
Di
dalam kurikulum 1975, pada setiap bidang studi dicantumkan tujuan kurikulum,
sedangkan pada setiap pokok bahasan diberikan tujuan instruksional umum yang
dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai satuan bahasan yang memiliki tujuan
instruksional khusus. Dalam proses pembelajaran, guru harus berusaha agar
tujuan instruksional khusus dapat dicapai oleh peserta didik, setelah mata
pelajaran atau pokok bahasan tertentu disajikan oleh guru. Metode penyampaian
satun bahasa ini disebut prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
Melalui PPSI ini dibuat satuan pelajaran yang berupa rencana pelajaran setiap
satuan bahasan.
Kurikulum
1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu, kata Drs. Mudjito, Ak, MSi,
Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini
dikenal istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan
bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin
sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
a. Karakteristik kurikulum 1975
1. Berorientasi
pada tujuan
2. Menganut
pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan
peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
3. Menekankan
kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
4. Menganut
pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya
tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
5. Dipengaruhi
psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon
(rangsang-jawab) dan latihan (drill).
b. Kelebihan Kurikulum 1975
1. Menekankan pada pendidikan yang
lebih efektif dan efisien dalam hal daya dan waktu
2. Menganut sistem yang senantiasa
mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik,dapat diukur dan dirumuskan
dalam bentuk tingkah laku siswa
c. Kelemahan Kurikulum 1975
Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari
setiap kegiatan pembelajaran.
C.
Kurikulum
1984 ( Kurikulum CBSA )
1.
Karakteristik
kurikulum 1984
Kurikulum 1984
mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi
faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut Kurikulum 1975
yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R.
Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor
IKIP Jakarta ”sekarang Universitas Negeri Jakarta” periode 1984-1992. Konsep
CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang
diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara
nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang
terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di
sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model
berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.
CBSA merupakan suatu upaya dalam
pembaharuan pendidikan dan pembelajaran pada saat itu. Pendekatannya menitikberatkan pada keaktifan
siswa yang merupakan inti dari kegiatan belajar.
Dalam CBSA kegiatan belajarnya
diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti mendengarkan, berdiskusi,
membuat sesuatu, menulis laporan, memecahkan masalah,
membentuk gagasan, menyusun rencana dan sebagainya.
Materi pelajaran dikemas dengan
nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam
pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran
yangdiberikan.
Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan
latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada
pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang
pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami
konsep yang dipelajarinya
Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau
kematangan siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan
mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan
konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan
induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan
dari sederhana menuju ke kompleks.
Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan
proses adalah pendekatan belajar mengajar yang memberi tekanan kepada proses
pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan
perolehannya. Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara
efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran.
2.
Kelebihan
Kurikulum 1984 (CBSA)
Pendekatan pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik,
mental, intlektual dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman
belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektip, maupun psikomotor.
3.
Kekurangan
Kurikulum 1984 (CBSA)
a.
Posisi
siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
b.
Banyak sekolah kurang mampu
menafsirkan CBSA, yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa
berdiskusi, di sana sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi
mengajaar model berceramah.
D.
SMP
Terbuka (SMP T)
Disamping
penyempurnaan kurikulum, telah dirintis pula suatu system pengelolahan yang
dikenal dengan sekolah terbuka ( open school ). Tahap rintisan yaitu 1990
sampai 1981 hanya dilaksanakan dilima daerah di Indonesia, tetapi sekarang
sudah semakin menyebar keseluruh pelosok di propinsi-propinsi di tanah air.
Adapun latar belakang didirikannya SMP terbuka itu antara lain adalah sebagai
berikut:
1) Memperluas kesempatan belajar bagi tamatan SD sebagai usaha mengatasi masalah pemerataan pendidikan di Indonesia.
1) Memperluas kesempatan belajar bagi tamatan SD sebagai usaha mengatasi masalah pemerataan pendidikan di Indonesia.
2). Menanggulangi anak-anak yang tidak
tertampung di SMP Negeri
Mengatasi kekurangan fasilitas / sarana pendidikan yang tidak seimbang dengan pertambahan penduduk usia sekolah (SLTP).
Mengatasi kekurangan fasilitas / sarana pendidikan yang tidak seimbang dengan pertambahan penduduk usia sekolah (SLTP).
SMP terbuka adalah sekolah menengah umum
tingkat pertama yang kegiatan belajarnya sebagian besar di selenggarakan di
luar gedung sekloah dengan cara penyampaian pelajaran melalui berbagai media
dan interaksi.
Adapun latar belakang berdirinya SMP terbuka
adalah sebagai berikut:
Kurangnya fasilitas dan tempat belajar Tenaga pendidik yang tidak cukup
Memperluas kesempatan belajar dalam rangka pemerataan pendidikan. Menanggulangi anak terlantar bagi anak yang tidak diterima di SMP negeri.
Kurangnya fasilitas dan tempat belajar Tenaga pendidik yang tidak cukup
Memperluas kesempatan belajar dalam rangka pemerataan pendidikan. Menanggulangi anak terlantar bagi anak yang tidak diterima di SMP negeri.
Ciri-ciri dari SMP terbuka adalah
sebagai berikut :
a)
Terbuka bagi siswa tanpa pembatasan umur
dan tampa syarat-syarat
b)
Terbuka
dalam memilih program belajar untuk mencapai ijazah formal untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan jangka pendek yang bersifat praktik. Terbuka dalam proses
belajar mengajar yaitu tidak selalu diselenggarakan diruang kelas secara tatap
muka, akan tetapi juga media seperti radio. Terbuka dalam keluar masuk kelas
sekolah sesuai dengan waktu yang tersedia bagi siswa.
c) Terbuka
dalam pengolahan sekolah, sekolah dikelola oleh pegawai negeri dan orang-orang
yang diperlukan partisifasinya, seperti warga dan pimpinan masyarakat, orang
tua siswa serta pamong pemerintah setempat.
Proyek
printis sekolah pembangunan ( PPSP ) System pendidikan ini digunakan dalam
surat keputusan mentri pendidikan dan kebudayaan Nomor 0172 tahun 1974,
berberapa pokok pikiran menamaai hakekat sekolah pembengunan yang menyangkut
relevansi sekolah dengan kebutuhan masyarakat yaitu, Adanya integrasi antara
sekolah dan masyarakat serta pembangunan
Sekolah menghasilkan tenaga terdidik sehingga dapat merupakan tenaga kerja yang produktif.
Sekolah menghasilkan tenaga terdidik sehingga dapat merupakan tenaga kerja yang produktif.
Sekolah menghasilkan manusia terdidik dengan
pengertian kesadaran tekologi baik lingkungan social,fisik, maupun biologis.
Sekolah menyelenggarakan pendidikan yang menyenangkan merangsang sesuai dengan
tuntutan zaman untuk pendidikan watak, pengetahuan, keikhlasan, keterampilan.
Sekolah menciptakan keseimbangan fisik, emosional intelektual, cultural, dan
spiritual. Sekolah memberikan sumbangan bagi ketahanan nasional dan ikut serta
dalam pembangunan masyarakat.
E.
Universitas
Terbuka (UT)
Universitas
terbuka merupakan salah satu bentuk open school, ada sekolah dipandang sebagai
lembaga tempat belajar cuma saja tingkatannya adalah tingkat perguruan tinggi. UT
sejalan dengan ditemukannya suatu sistim baru dalam dunia pendidikan yaitu
Belajar Jarak Jauh (BJJ) dengan modular sistim sebagai cara pencapaian
pengajaran yang baru pula.dengan system ini sasaran mahasiswa dalam jumlah yang
lebih besar dapat dicapai dan sekaligus mahasiswa dituntut lebih banyak
berinisiatif”belajar mandiri” dan “ berkelompok”.
Universitas
terbuka ( UT ) merupakan lembaga pendidikan tinggi yang menerapkan system
balajar jarak jauh tujuan utamanya adalah meningkat partisipasi perguruan
tinggi dari 5 % menjadi 8,2 %. Sasaranya ialah seluruh masyarakat guna untuk
memperluas dan meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan dalam lembaga
pendidikan.
F.
UU
RI No. 2 th.1989 tentang USPN
Undang-undang ini dibuat dan
diberlakukan untuk menyempurnakan landasan legalistic atau hukum untuk
menyelenggarakan pendidikan produk sebelumnya. Undang – undang pendidikan yang
pertama ditanah air adalah UU No. 2 th 1950 tentang pendidikan dengan
pengajaran disekolah. Undang-undang ini diberlakukan sewaktu Negara kita
berbentuk RIS ( Republik Indonesia Serikat ), dimana belum semua wilayah
melaksanakannya. Oleh sebab itu undang-undang ini dirubah menjadi UU No.12 th
1954 yang hanya berisi pernyataan bahwa UU No. 2 th 1950 berlaku diseluruh
wilayah RI ( UU No. 12 th 1954 dan UU No. 4 th 1950 ). Karena undang-undang ini
hanya mengatur pendidikan dan pengajaran disekolah maka tahun 1961
dikeluarkanlah UU No.22 th 1961 tentang perguruan tinggi.
Keadaan seperti ini berlangsung cukup lama,
kemudian dipandang perlu pula untuk menyempurnakannya. Akhirnya diberlakukanlah
UU No. 2 th 1989, yang dilengkapi dengan beberapa peraturan pemerintah (PP).
dengan adanya PP, baik untuk pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, pendidikan tinggi maupun untuk PTS dan PLB, maka arah dan cara
penyelenggaraan pendidikan semakin jelas.
G. Sekolah /Kelas Unggul
H. Kurikulum 1994
kurikulum ini merupakan penyempurnaan
dari kurikulum sebelumnya (kurikulum 1984 ). Kurikulum sebelumya terlalu sarat
dengan muatan nasional. Kurukum 1994 dilengkapi dengan muatan local yaitu
muatan unsure-unsur lingkungan yang akan memelihara jalinan yang terintegral
antara sekolah dan lingkungannya.
Disekolah-sekolah biasa, bagi perserta
didik dibawah normal diperlukan pendidikan khusus yang disebut selama ini
dengan pendidikan luar biasa ( PLB ). Untuk penyelenggaraan PLB ini diatur
denga PP tersendiri ( PP No.72 th 1991 ).
Pendidikan untuk perserta yang berada
diatas normal belum mendapatkan perhatian khusus. Perserta didik yang tergolong
kelompok ini seperti anak jenius dasar ( IQ tinggi ) seyogyanya mendapat
perhatian yang sama seperti anak dibawah normal, dan yang ada sekarang baru
pada tingkat MTA yang kita kenal dengan “ kelas unggul”.
Analisis Terhadap Inovasi Dalam Sistem
Persekolahan Di Indonesia, Adapun Sistem Persekolahan di Indonesia adalah
sebagai brikut :
a. SD PAMONG
SD PAMONG singkatan dari pendidikan anak
oleh masyarakat, orang tua dan guru. Tujuan Proyek pamong yaitu : Membantu
anak-anak yang tidak sepenuhnya dapat mengikuti pendidikan sekolah atau membentu
siswa yang drop out, Membantu anak-anak yang tidak mau terikat oleh tempat dan
waktu dalam belajar, oleh karena dapat belajar sambil mengembalakan ternak
waktu istirahat dan lain-lain. Mengurangi penggunaan tenaga guru sehingga rasio
guru terhadap murid dapat menjadi 1:200 pada SD biasa 1:10 atau 1:50.
Meningkatkan pemerataan kesempatan belajar dengan pembiayaan yang sedikit dapat
ditampung sebanyak mungkin siswa.
b. SD Kecil
b. SD Kecil
SD kecil realisasi dari Undang-Undang
Wajib belanja dan pemerataan pendidikan bagi anak-anak 7-12 tahun, terutama
bagi daerah-daerah terpencil. SD kecil mempunyai ciri-ciri yaitu :
Kelas yang ada lebih sedikit dari SD
biasa ( tiga kelas ) Jumlah murid lebih kecil ( 20-30 orang ) Jumlah guru lebih
sedikit, lebih kecil dari guru SD biasa Pendidikan belajar meliputi belajar
sendidri Kurukulum SD kecil sama dengan SD biasa Pelaksanaan SD kecil sudah ada
dikalimantan tengah, Kalimantan timur
Murid yang pintar dijadikan tutor untuk mengajar murid-murid yang lain. Sisitem guru pamong System guru kunjung dilaksanakan juga untuk daerah terpencil dimana guru mengunjungi SD induk yang sudah ditetapkan Kurikulum sama dengan SD biasa Dibina oleh guru biasa yang disajikan SD induk, mengunjungi SD yang telah ditetapkan.
Murid yang pintar dijadikan tutor untuk mengajar murid-murid yang lain. Sisitem guru pamong System guru kunjung dilaksanakan juga untuk daerah terpencil dimana guru mengunjungi SD induk yang sudah ditetapkan Kurikulum sama dengan SD biasa Dibina oleh guru biasa yang disajikan SD induk, mengunjungi SD yang telah ditetapkan.
0 Response to "inovasi pendidikan"
Post a Comment
Jika bermanfaat, Silahkan Tinggalkan Komentarnya :)