PEMECAHAN MASALAH TAWURAN BERDASARKAN TEORI SOSIOLOGI



SOSIOLOGI PENDIDIKAN
TENTANG
“PEMECAHAAN MASALAH TAWURAN PARA PELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN TEORI SOSIOLOGI ”





   
                                                          
                                                                         Oleh:
Andari Nelcha
1200407




PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Tawuran saat ini ini sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi di telinga kita . Bahkan,hampir setiap hari ada saja media yang menayangkan kasus-kasus tawuran.Tawuran yang berkaitan dengan tindak kekerasan bisa terjadi di kalangan pelajar terutama yang notabenenya adalah generasi bangsa yang akan mengambil alih tampuk kepemimpinan nantinya,apabila bila mereka sekarang sudah terbiasa dengan tindak kekerasan maka bagaimana jadinya bangsa kita ini nantinya.
Tawuran antar pelajar merupakan fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh masyarakat di Indonesia. Bahkan ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa tawuran merupakan salah satu kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Masih teringat ditelinga kita  peristiwa tawuranantar pelajar SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 70. Peristiwa tawuran antar-pelajar dua sekolah tersebut, Senin (24/9/2012), telah merenggut nyawaseorang siswa SMA Negeri 6. Alawy Yusianto Putra (15), siswa kelas X SMA Negeri 6, tewas setelah terkena sabetan celurit dari siswa SMA Negeri 70. Saat itu, Alawy dan teman-temannya tengah berkumpul seusai sekolah dan mendadak diserang oleh segerombolan siswa SMA Negeri 70 yang membawa senjata tajam (Kompas.com,  edisi Rabu, 26 September 2012).
Hal yang serupa terjadi pada pelajar sekolah menengah di Yogyakarta. Para pelajar di sebuah sekolah telah dapat membedakan mana sekolah yang menjadi ‘kawan’ serta mana pula yang menjadi ‘lawan’. Hal ini telah diturunkan dari suatu angkatan ke angkatan di bawahnya.

Penyesuaian diri pada masa remaja sangat penting, karena masa remaja dalaha masa rentan dengan berbgai penagruh sosial yang positif atau negatif. Kalau pengaruh yang masuk adalah positif, amaka akan berdampak baik terhadap perkembangan kepribadian remaja. Tetapi sebaliknya jika pengaruh yang negatif terhdap remaja, maka akan berdampak negatif pula terhadap perkembangan kepribadain remaja.
Penyesuaian yang utama dari remaja dalah penyesuaian sosial, dimana remaja tinggal dan berhubungan baik dengan orang tua, teman sebaya, atau lingkungan skitar. Penyesuaian sosial merupakan salah satu tugasa perkembangan masa remaja yang paling sulit. Remaja dituntut menyesuaikan diri dengan lawan jenis dan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah.
Agar target sosialisasi remaja tercapai, berbagai bentuk penyesuaian baru harus ditempuh oleh remaja. Di antara bentuk penyesuain baru yang paling penting dan paling susah antara lain penyesuan diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, peruabahan dalam perilaku sosial, nilai-nilai yang baru dalam seleksi dalam persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin
B.       Rumusan Masalah

1.      Apa itu tawuran ?

2.      Apa yang menjadi penyebab terjadinya tawuran ?

3.      Apa dampak dari tawuran ?

4.      Apa solusi untuk menghentikan tawuran agar tidak semakin menjadi ?

5.     Analisis teori sosiologi ?

C.    Tujuan

1.      Menjelaskan apa itu tawuran.

2.      Menjelaskan penyebab dari terjadinya tawuran .

3.      Menjelaskan dampak yang timbul akibat dari tawuran .

4.      Menjelaskan solusi yang bisa diterapkan agar tawuran tidak semakin menjadi .




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tawuran

Dalam kamus Bahasa Indonesia “tawuran” dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang.Sedangkan “Pelajar” adalah seorang manusia yang belajar.Sehingga Pengertian Tawuran Pelajar adalah Perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar.
Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
1.      Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2.      Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan genk inilah para  remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.

Jadi Tawuran secara luas adalah tindakan agresi(perkelahian) yang dilakukan oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya yang dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan/menyakiti orang lain bahkan merusak.

B.     Faktor penyebab terjadi nya tawuran pelajar
Perilaku tawuran yang dilakukan oleh generasi muda tidak mungkin terjadi secara tiba-tiba pasti ada akar permasalahan atau sebabnya.Maka adapun faktor-faktor umum penyebabnya antara lain :
1.      Menurut penelitian yang dilakukan oleh A.Christakis,MD,MPH dan Frederick Zimmerman,Phd menyimplukan bahwa perilaku agresi yang dilakukan generasi muda sangat berhubungan dengan kebiasaannya dalam menonton tayangna televisi.Kalau berdasarkan penelitian yang ada maka sudah sangat wajar kalau banyak pelajar yang melakukan tawuran karena ini berbanding dengan banyaknya tayangan televisis yang menayangkan tindakan kekerasan(tawuran).Fakta yang terjadi bahwa generasi muda disajikan dengan tontonan tentang kekerasan sehingga bisa saja timbul pemikiran untuk meniru dan juga timbul pemikiran bahwa siapa yang kuat dia yang menang.
2.      Buruknya Lingkungan sosial sangat mempengaruhi tingkah laku seseorang . Sehingga apabila seseorang tinggal dilingkungan yang sehat maka tingkah lakunya pun akan baik sebaliknya apabila lingkungannya tidak mendukung dan banyak pelaku penyimpangan maka secara tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan tingkah laku individu ataupun kelompok.
3.      Kurangnya perhatian dari orang-orang di sekita mereka seperti orang tua,guru membuat mereka bebas dan bisa melakukan segala hal sesuka hati mereka.
4.      Faktor ekonomi yang pas-pasan bahkan cenderung kurang juga menjadi penyebab.Mereka bisa melampiaskan segala ketidakberdayaannya itu lewat aksi tawuran atau perkelahian .Mereka tidak ingin dianggap rendah mereka ingin menunjukan eksistensinya atau keberadaan mereka ditengah orang-orang disekelilingnya.
5.      Ketidakstabilan emosi para generasi muda yang cebderung mudah marah,egois bisa menyebabkan frustasi,sulit mengendalikan diri dan tidak peka terhadap lingkungan sekitar bisa mendorong mereka melakukan aksi tawuran.Dimasyarakat,khususnya dikalangan generasi muda seolah-olah berlaku pemeo “senggol-bacok”.Menunjukan bahwa emosi seorang remaja masih belum stabil mudah tersinggung sehingga mengundang pihak lawan.
6.      Permasalahan yang sudah mengakar dalam artian ada sejarah penyebab pelajar tersebut bermusuhan.Sehingga,pada suatu waktu akan ada moment dimana masalah antara kedua belah pihak tidak bisa dibendung lagi sehingga terjadilah aksi tawuran tersebut.
Meneurut Sander Diki Zulkarnaen (2011) dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan di dalam diri individu (sering disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat) dan kondisi eksternal. Begitu pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis mengapa seorang remaja terlibat perkelahian pelajar.

1.        Faktor internal
Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan pengakuan.

2.        Faktor keluarga
Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, ia akan menyerahkan dirnya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya.

3.        Faktor sekolah 
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik” siswanya.

4.        Faktor lingkungan
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi. (http://www.kpai.go.id).

C.    Dampak dari tawuran pelajar
Aksi tawuran tentu menimbulkan berbagai macam dampak yang tentunya merugikan diri sendiri maupun orang lain diantaranya:
·                 Kerugian Fisik
1.      Pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban.Baik itu cedera ringan maupun cedera berat bahkan bisa saja sampi mengakibatkan kematian.
2.      Tawuran mengakibatkan dendam yang berkepanjangan bagi para pelaku yang terlibat didalmnya sehingga di lain waktu kejadian yang sama bisa terulang kembali.
3.      Masyarakat sekitar juga ikut dirugikan misalnya saja rusaknya rumah warga dikarenakan ada oknum yang melempari batu sehingga mengenai rumah warga.
4.      Proses belajar mengajar menjadi tidak efektif karena bisa saja mereka melakukan tawuran pada jam sekolah sehingga mengakibatkan mereka sampai bolos.Tentu akan menggagu prose belajar-mengajar.
5.       Hilangnya perasaan peka,toleransi,tenggang rasa dan saling menghargai antar sesama generasi muda.Mereka lebih mementigkan pribadi masing-masing dan ingin lebih baik dari pada kelompok lain dalam segala hal.
6.      Remaja yang melakukan tawuran tentu lebih senang melakukan hal-hal yang negatif dari pada hal yang positif sehingga menurunya moralitas generasi muda.Peran moral sudah tidak ada lagi melainkan peran kepentngan yang lebih dominan.

D.    Solusi mengatasi tawuran

Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengurangi aksi tawuran :

1.   Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar . Pelajaran agama di sekolah ataupun bangku kuliah harus lebih di fokuskan sejak dini kepada generasi muda sekarang agar dapat membentengi mereka dari hal yang negatif,khusunya dalam agama Islam , islam tidak pernah mengajarkan kekerasan dalam kehidupan,semua permasalahn bisa diselesaikan secara terbuka tanpa adanya kekerasan.
2.   Menghadirkan seorang figur yang baik yang bisa dijadikan teladan bagi anak-anaknya conntohnya orang tua,guru sebaiknya memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya sehingga mereka akan meniru hal-hal yang baik pula.
3.    Memfasilitasi para pelajar baik dirumah maupun disekolah serta di bangku perguruan tinggi.Dalam artian terdapat lembaga/wadah untuk menyalurkan potensi dan bakat yang ada pada generasi muda untuk mengisi waktu luangnya ke arah yang bermanfaat sekaligus mendidik dan tentunya menjauhkan dari hal yang berbau anarkisme.

Sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memberantas tawuran pelajar dari muka bumi indonesia, yaitu seperti :
1.                   Membuat Peraturan Sekolah Yang Tegas
Bagi siswa siswi yang terlibat dalam tawuran akan dikeluarkan dari sekolah. Jika semua siswa terlibat tawuran maka sekolah akan memberhentikan semua siswa dan melakukan penerimaan siswa baru dan pindahan. Setiap pelajar siswa siswi harus dibuat takut dengan berbagai hukuman yang akan diterima jika ikut serta dalam aksi tawuran. Bagi yang membawa senjata tajam dan senjata khas tawuran lainnya juga harus diberi sanksi.
2.                  Memberikan Pendidikan Anti Tawuran
Pelajar diberikan pemahaman tentang tata cara menghancurkan akar-akan penyebab tawuran dengan melakukan tindakan-tindakan tanpa kekerasan jika terjadi suatu hal, selalu berperilaku sopan dan melaporkan rencana pelajar-pelajar badung yang merencanakan penyerangan terhadap pelajar sekolah lain. Jika diserang diajarkan untuk mengalah dan tidak melakukan serangan balasan, kecuali terpaksa.
3.                  Kolaborasi Belajar Bersama Antar Sekolah
Selama ini belajar di sekolah hanya di situ-situ saja sehingga tidak saling kenal mengenal antar pelajar sekolah yang satu dengan yang lainnya. Seharusnya ada kegiatan belajar gabungan antar sekolah yang berdekatan secara lokasi dan memiliki kecenderungan untuk terjadi tawuran pelajar. Dengan saling kenal mengenal karena sering bertemu dan berinteraksi maka jika terjadi masalah tidak akan lari ke tawuran pelajar, namun diselesaikan dengan cara baik-baik.
4.            Membuat Program Ekstrakurikuler Tawuran
Diharapkan setiap sekolah membuat ekskul konsep baru bertema tawuran, namun tawuran pelajar yang mendidik, misalnya tawuran ilmu, tawuran olahraga, tawuran otak, tawuran dakwah, tawuran cinta, dan lain sebagainya yang bersifat positif. Tawuran-tawuran ini sebaiknya bukan bersifat kompetisi, tetapi bersifat saling mengisi dan bekerjasama sehingga bisa bergabung dengan ekskul yang sama di sekolah lain.
5.            Siswa diarahkan ke hal hal positif dengan diberikan tanggungjawab
Dengan diberi tanggungjawab siswa diharapkan mempunyai sebuah beban yang harus mereka pikul dan untuk kemudian membawanya ke aktifitas yang positif seperti OSIS, Pramuka, PMR, dll.
6.            Orang tua memberikan perhatian yang semestinya kepada anak
Untuk mencegah adanya miss comunication maka peran orang tua dalam hal ini yaitu memberikan perhatian kepada anak, orang tua juga harus memberikan keterbukaan kepada anak untuk tidak segan menyatakan keluh kesahnya kepada orang tua baik jika terdapat masalah maupun hal yang menggembirakan. Sehingga orang tua dapat secara tidak langsung mengontrol emosi siswa agar tetap stabil dan tidak mudah lari ke hal yang negatif seperti tawuran.
7.            Instituti dan orang tua jangan terlalu menekan siswa dengan berbagai peraturan yang berlebihan
Pihak – pihak yang secara langsung berhubungan dengan anak sepatutnyalah harus bisa berinteraksi tanpa harus memberi tekanan yang berlebih seperti suatu pencapaian prestasi dan telalu ketatnya sebuah peraturan sehingga anak tidak bisa menyalurkan bakat kreatifitasnya sehingga mencari tempat di mana mereka bebas menyalurkan aspirasinya tanpa harus ada tekanan dengan melakukan hal-hal yang negatif.
8.                Lingkungan masyarakat perlu dibangun sarana organisasi yang menampung aspirasi & semangat muda
Lingkungan masyarakat yang menjadi lingkungan yang secara langsung berinteraksi dengan anak, maka dalam lingkungan tersebut haruslah tersedianya saran dimana anak dapat menyalurkan ide, gagasan, kreatifitas dan emosi yang membangun sehingga tercipta suatu bentuk kegiatan yang positif yang dapat menjauhkannya ke hal yang negatif. Seperti sebuah lembaga organisasi yang legal dari pemerintah sekitar.

Dengan berbagai terobosan-terobosan baru dalam hal kegiatan menanggulangi tawuran pelajar antar sekolah secara perlahan akan menciptakan persepsi di mana tawuran itu adalah kegiatan yang sia-sia sehingga tidak layak ikut serta. Sehingga secara berkelanjutan permasalahan tawuran akan menghilang atau setidaknya berkurang dan lama-kelamaan tawuran akan segera punah dari dunia pelajar indonesia.
E.     Analis teori sosiologi terhadap masalah tawuran antar pelajar.
Saya akan mengaitkan masalah tawuran ini dengan perspektif konflik .
·                 1.   Perspektif konflik
             Adanya perbedaan pada diri individu dalam mendukung suatu sistem social. Konflik terjadi karena ada nya perbedaan kedudukan,kepentingan ,dan tujuan.pada kasus atau masalah pendidikan di atas dapat kita lihat konflik atau tawuran itu terjadi karena adanya perbedaan kedudukan , kepentingan dan pandangan. Di sini jelas sekali bahwa salah satu pihak mengunakan salah satu paham yaitu paham “etnosentrisme” di mana adanya anggapan bahwa sekolah nya lebih baik atau lebih segalanya dari sekolah lain
Inilah yang menyebab kan terjadinya konflik di kalangan pelajar , yang mana siswa terdapat satu paham yaitu etnosentrisme ,bahwa sekolah nya lebih segala-gala nya dari pada sekolah lain.
2.          Analisis Tawuran Antar Pelajar Ditinjau dari Teori Albert Bandura dan Erik H. Erikson
Teori belajar sosial bandura menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap, dan reaksi orang lain. Kebanyakan dari pembelajaran yang dilakukan manusia, menurut bandura diperoleh melalui mengobservasi perilaku orang lain dalam konteks sosial dibandingkan dengan malalui prosedur-prosedur standar pengkondisian.
Menyikapai tawuran yang terjadi antar pelajar akhir-akhir ini, teori belajar sosial bandura bisa menjelaskan kenapa hal tersebut bisa terjadi pada remaja? Pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya bertambah luas dan kompleks dibandingkan denga masa-masa sebelumnya termasuk pergaulan dengan lawan jenis. Remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan kemudahanya, apakah disekolah atau dilingkungan tetangga. Remaja mulai menginginkan teman yang memiliki nilai-nilai yang sama, yang dapat memahami, membuat rasa aman, mereka dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua.
Untuk memahami akar masalah dari tawuran pelajar, kita bisa meminjam beberapa perspektif teori sosiologi dalam menilik terjadinya krisis sosial serta solusi penyelesaiannya. 
Menurut teori “patologi sosial”, sebab pokok masalah sosial adalah kegagalan sosialisasi norma-norma moralitas yang membuat warga masyarakat melakukan pelanggaran terhadap ekspektasi kepatutan moral. Kisah tawuran pelajar bukanlah suatu kasus yang berdiri sendiri, melainkan ada kesejajarannya dengan kisah penegak hukum yang menjadi pelindung penjahat, “bonek” menghancurkan sarana publik, wakil rakyat lebih memperjuangkan aspirasi yang bayar. Erosi moralitas ini disebabkan oleh kegagalan proses belajar sosial akibat kerapuhan sistem pendidikan dan pranata sosial. Pendidikan terlalu menekankan aspek kognitif dalam kerangka “belajar untuk tahu” (learning to know), kurang memperhatikan arti penting “belajar untuk mengerjakan kecakapan hidup” (learn ing to do), “belajar mengembangkan jatidiri” (learning to be), serta “belajar mengembangkan keharmonisan hidup bersama” (learning to live together)(Yudi Latif,  REPUBLIKA.CO.ID; Edisi Kamis, 04 Oktober 2012). 


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tawuran Pelajar adalah Perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar. Faktor yang menjadi penyebab tawuran pada generasi muda tidaklah hanya datang dati diri individu itu sendiri melainkan juga terjadi karena faktor lainnya yang datang dari luar individu.
Para pelajar yang umumnya masih muda memiliki kecenderungan melakukan hal-hal yang diluar dugaan yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain maka inilah peran orang tua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mengingatkan anaknya jika sewaktu-waktu melakukan kesalahan.
Keteladan seorang guru juga tidak dapat dilepaskan.Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam pendidikan kepribadian para siswanya agar menjadi insan yang lebih baik.Begitupun dalam mencari teman sepermainan.Sang anak haruslah diberikan pengarahan dari orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik.
Selanjutnya masyarakat sekitar pun harus bisa membatu para generasi muda ini mengembangkan potensinya dengan cara mengakui eksistensinya.
B.     Saran
Saran dalam menyikapi masalah tawuran ini terutama tawuran pelajar diatas penulis memberikan saran diantaranya :
1.        Keluarga sebagai awal pembentuk kepribadian seseorang harus mampu membentuk pola perilaku dan pola pikir yang baik agar terciptanya suatu lingkungan yang baik sekali untuk seorang remaja yang mencari jati dirinya.
2.        Masyarakat mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif jauh dari kericuhan.
3.        Pendidikan formal sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk membantu para pelajar mengembangkan yang bukan hanya dibidang intelektual saj tetapi dibidang lainnya agar potensi yang ada dapat tersalurkan ke arah yang positif.

DAFTAR PUSTAKA

Soetomo.  2011.Masalah sosial dan Upaya pemecahannya. Jakarta :Pustaka pelajar.
Al-Mighawar, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia
                      Psikologi Kepribadain. Edisi Revisi. Malang: UMM Press






1 Response to "PEMECAHAN MASALAH TAWURAN BERDASARKAN TEORI SOSIOLOGI"

  1. tulisannya berantakan banyak typo, perbaiki biar pembacanya lebih paham, jangan asal asalan

    ReplyDelete

Jika bermanfaat, Silahkan Tinggalkan Komentarnya :)